Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tanri Abeng: Bu Rini Menyelesaikan Impian Saya

Tanri Abeng: Bu Rini Menyelesaikan Impian Saya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri BUMN pertama Tanri Abeng punya cerita seru nan historis dan penuh makna. "Ceritanya dimulai pada saat krisis moneter 1997," cerita Tanri di depan hadirin di acara Apresiasi Indonesia untuk BUMN 2018.

Waktu itu, cerita Tanri, Presiden Soeharto terpaksa mendatangani pinjaman ke IMF senilai US$43 miliar. "Setelah itu, dia memanggil saya untuk menghadap beliau di Binagraha," cerita Tanri.

Singkat cerita, Tanri diminta untuk membuat kementrian BUMN dengan tujuan untuk membayar utang ke IMF. Intinya, lanjut Tanri, bagaimana menjual 129 BUM yang waktu itu dimiliki Indonesia.

Repotnya, lanjut Tanri, waktu ada 17 kementrian yang membawahi BUMN. Sebagai mantan eksekutif swasta, Tanri sudah membayangkan repotnya mengelola lembaga yang penuh birokrasi dan tata krama dan lambat dalam bergerak.

Tapi Tanri terus bergerak, walaupun belum mempunyai kantor. "Termasuk bernegosiasi dengan mitra-mitra IMF dan Bank Dunia yang bermaksud menguasai BUMN kita," cerita Tanri.

Menurut Tanri, para investor asing tersebut menganggap kita tidak akan bisa mengendalikan BUMN kita. Tapi Tanri bersikeras mempertahankan kepemilikan. "Paling jauh saya memberikan konsensi-konsesi dalam waktu yang terbatas," ujarnya.

Dalam masa kepemimpinannnya yang hanya dua tahun tersebut  Tanri juga sudah merancang pengelompokan (holdingisasi) BUMN ke dalam beberapa kelompok. "Alhamdulillah, sekarang, 20 tahun kemudian, diimplementasikan oleh Bu Rini (Menteri BUMN sekarang -- Red.)," ucapnya.

Tanri kemudian berpesan agar para eksekutif BUMN yang hadir pada malam itu agar menjaga kinerja BUMN Indonesia. "Nilai aset BUMN kita sekitar 50% nilai PDB (Product Domestic Bruto) kita," ujar Tanri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhamad Ihsan
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: