Buku BN Wahju menceritakan kiprah Beni Wahju, salah satu tokoh pertambangan nasional. Buku ini merupakan wujud apresiasi Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) kepada Almarhum Beni Wahju atas perjuangan dan dedikasinya memperjuangkan pertambangan nasional.
Mulai dari masa kuliah Beni di Jurusan Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), berkiprah di Direktorat Geologi (sebelumnya bernama Djawatan Geologi), sebagai pionir keberadaan PT INCO (sekarang PT Vale Indonesia Tbk).
Mengawali karir sebagai geolog di Direktorat Geologi, Beni Wahju sempat menelusuri sejumlah wilayah untuk mencari cadangan bahan tambang. Beni juga sempat menambah ilmu geologinya di Colorado School of Mines di Amerika Serikat (AS). Tak hanya itu, Beni juga pernah belajar di United States Geological Survey (USGS) dan sejumlah kuliah singkat untuk mengasah keahliannya.
Dedikasinya terhadap profesi geolog, membuat geologiwan Kanada, Charlie Michener, yang bergabung dengan INCO pada 1935, yang pernah melakukan penjelajahan berkeliling dunia mencari nikel menjuluki Beni sebagai geolog spesialis nikel.
Bersama Hitler Singawinata dan Rumengan Musu, Beni merupakan pionir keberadaan tambang nikel Sorowako yang dikelola PT INCO. Di sini, jalan hidupnya berubah. Beni tak lagi menjadi pegawai di Direktorat Geologi, tetapi bergabung dengan INCO. Di perusahaan Kanada tersebut, selain menjalani kegiatan eksplorasi, Beni menyumbangkan pemikirannya untuk masyarakat sekitar dan negara. Salah satunya pemikirannya agar PT INCO membangun smelter di sekitar wilayah tambang. Smelter PT INCO menjadi yang pertama dibangun perusahaan tambang asing.
Selain mengurusi hal-hal teknis terkait pekerjaannya sebagai geolog, Beni ternyata mampu memberikan pemikiran agar PT INCO dapat memperhatikan masyarakat sekitar dengan lebih intens. Sehingga, PT INCO mampu menjadi prime mover daerah sekitarnya.
Setelah pensiun dari PT INCO, Beni aktif di IMA sejak 1999-2012 menjelang akhir hidupnya. Pada 1998, Beni sempat menjadi Ketua IMA hingga 2005. Selanjutnya, hingga 2012, Beni menjadi Badan Pengawas di IMA.
Ketika industri pertambangan "terancam" oleh persoalan judicial review yang diajukan sejumlah LSM ke Mahkamah Konstitusi menyangkut keberadaan UU nomor 19 tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU nomor 41 tahun 1999, Beni menjadi salah satu tokoh yang berdiri di depan memperjuangkan "nasib" industri pertambangan. Berkat kegigihan Beni, Soetaryo Sigit, dan lainnya, sektor pertambangan dapat kembali tegak meneruskan operasinya.
Beni dikenal sebagai orang yang mempunyai visi mempromosikan good mining practices. Beni sangat peduli dengan pengelolaan dampak lingkungan, agar lahan yang sudah ditambang dapat dihijaukan kembali atau berkesinambungan. Secara sadar, Beni menerapkan prinsip-prinsip kesinambungan ekosistem alam dan budaya, bahkan keberlangsungan hidup satwa-satwa langka di sekitar area tambang.
Dalam kiprahnya, Beni mampu menunjukkan bahwa dia tak hanya seorang geolog, tetapi sekaligus seorang pecinta lingkungan hidup. Sehingga, tak aneh jika namanya diabadikan menjadi nama salah satu spesies ikan yang hidup di Sulawesi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: