Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

3 Wanita Top Pimpin Startup Unicorn di Asia Pasifik

3 Wanita Top Pimpin Startup Unicorn di Asia Pasifik Kredit Foto: Entrepreneur.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wanita di wilayah Asia Pasifik banyak yang beralih dari pekerjaan sebelumnya menjadi wirausaha, namun presentasenya masih tetap kalah jika dibandingkan dengan kau madam yang bergelut di dunia kewirausahaan. Meskipun begitu, tetap ada wanita yang mampu melambung menjadi wirausaha di antara keminoritasan tersebut.

Mengutip laporan oleh Asia Foundation pada Juli 2017 silam, diketahui bahwa tingkat wanita yang bergelut di kewirausahaan di Asia Selatan termasuk yang terendah di dunia, dengan satu dari 10 usaha kecil dan menengah yang dimiliki wanita.

Wanita yang mampu melambungkan namanya dan startupnya itu tidak tanggung-tanggung. Mereka mampu menjadikan startupnya masuk kategori unicorn di wilayah Asia Pasifik. Melansir dari Entrepreneur.com, berikut daftarnya:

Co-founder Grab, Hooi Ling Tan

Hooi Ling Tan adalah salah satu pendiri Grab, platform ojek online terbesar di Asia Tenggara. Dengan rebranding baru-baru ini di awal tahun, Grab telah berkembang pesat, pasalnya ia tersedia di 28 kota yang ada di 6 negara.

Sebelum kesuksesannya di Grab, Hooi Ling adalah seorang konsultan McKinsey dan seorang sarjana dari Harvard Business School. Dia juga sebelumnya sempat bekerja di Salesforce sebagai Direktur Senior dalam Pricing Intelligence and Monetization.

Pendiri Canva, Melaine Perkins

Perjalanan Melaine Perkins tidak kurang dari sebuah kisah yang menginspirasi. Co-founder Canva, sebuah startup desain grafis asal Australia, menawarkan kepada lebih dari 100 investor ketika dia sedang mencari investasi awal. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, Perkins akhirnya mendapatkan pendanaan, dan Canva sekarang menjadi salah satu unicorn di sektor startup Australia.

Setahun yang lalu, Canva mengumpulkan US$40 juta untuk menjadi "unicorn" Australia pertama sejak Atlassian—sebuah kehormatan yang berarti bisnis ini sekarang bernilai lebih dari US$1 miliar. Laporan keuangan sejak itu mengungkapkan bahwa perusahaan bahkan menghasilkan keuntungan di paruh kedua tahun 2017.

Presiden Didi Chuxing, Jean Liu

Jean Liu adalah presiden Didi Chuxing, layanan sharing car dan memanggil taksi terbesar di China. Sebelum kesuksesannya di Didi Chuxing, Jean bekerja untuk Goldman Sachs selama 12 tahun, menjadi salah satu direktur pengelola termuda dalam sejarah perusahaan.

Dia memasuki Didi Chuxing ketika masih bernama Didi Dache, dan mengoordinasikan merger dengan Kuaidi Dache Alibaba. Didi Kuaidi kemudian mengubah nama dirinya menjadi Didi Chuxing (dan membuat logo baru). Jean adalah lulusan ilmu komputer di Universitas Peking dan meraih gelar master dari Harvard.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: