Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Khofifah Kunci Kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Madura

Khofifah Kunci Kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Madura Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat politik dari Habibie Center, Bawono Kumoro berpendapat Gubernur Jawa Timur terpilih, Khofifah Indar Parawansa harus membantu pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam kemenangan di wilayah Madura.

"Peran Khofifah Indar Parawansa selaku gubernur terpilih sekaligus salah satu orang dekat Jokowi harus ikut membantu di wilayah Madura," kata Bawono, di Jakarta, Sabtu (26/1/2019).

Bawono menyebutkan, pada Pilpres 2014 lalu Jokowi kalah di Madura dari Prabowo Subianto. Keadaan ini harus bisa dibalikkan di pemilu mendatang untuk mengamankan kemenangan di Jawa Timur secara mutlak.

Menurut dia, dalam safari politiknya di Jawa Timur, cawapres nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin menargetkan pihaknya bisa menang hingga 70% dalam Pilpres 2019.

"Target tersebut bukan hal mustahil mengingat dua partai politik terbesar di Jawa Timur merupakan basis utama pendukung pasangan ini, yaitu PKB dan PDI Perjuangan," katanya.

Belum lagi, lanjut dia, pemilih Muslim di Jawa Timur sebagian besar memiliki latar belakang Nahdlatul Ulama, basis kultural Ma'ruf Amin.

"Kedua modal politik dan modal sosial tersebut tidak dimiliki oleh pasangan calon 02. Akan tetapi, catatan khusus di Jawa Timur adalah Madura," ujar Peneliti Bidang Politik Habibie Center ini.

Selain Jawa Timur, target kemenangan juga menjadi motivasi kunjungan KH Ma'ruf Amin ke Banten. Pengakuan Ma'ruf bahwa ia merupakan putra daerah Banten merupakan bagian untuk menguatkan suara pasangan calon 01 di wilayah itu.

"Selama ini Banten ditengarai merupakan basis politik Prabowo di tanah Jawa bersama juga Provinsi Jawa Barat," imbuh Bawono.

Kekalahan Joko Widodo dari Prabowo di dua provinsi tersebut di 2014 ingin dibalikkan di pemilu kali ini. Realitas Banten sebagai provinsi bukan basis kultural Nahdlatul Ulama menjadi tantangan bagi pencapaian target tersebut.

"Memang tidak mudah, tapi peluang itu terbuka. Dengan catatan selama partai-partai pendukung di lapangan sungguh-sungguh menjalankan mesin politik mereka masing-masing," tutur Bawono.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: