DBS Asian Insights Conference kembali digelar hari ini, Jumat (31/1/2019), dengan mengangkat tema 'Accelerating Growth for Future-Forward Indonesia dan Game Changers; New Futures, New Opportunities'. Salah satu pembicara, Chief Economist DBS Bank Ltd, Taimur Baig mengungkapkan strategi yang dapat dilakukan Indonesia untuk memaksimalkan peluang pertumbuhan ekonomi di 2019.
Menurutnya, di tengah pengaruh eksternal seperti ancaman perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok dan keputusan The Feds, serta pengaruh faktor internal di mana akan ada pemilihan umum, Indonesia harus fokus pada permintaan domestik.
"Apabila permintaan domestik terdapat peningkatan, maka di sinilah terdapat peluang bagi Indonesia. Sebagai catatan, hal ini bukan berarti permintaan eksternal seperti ekspor, impor, manufaktur dan tambang tidak penting," jelas dia dalam siaran pers yang diterima redaksi Warta Ekonomi.
Indonesia memiliki populasi yang besar yang didominasi oleh generasi muda yang dinamis. Banyaknya jumlah bisnis baru, startup, di Indonesia menjadi salah satu daya tarik Indonesia di mata dunia.
"Melalui permintaan domestik saja, Indonesia dapat tumbuh di angka 4-5%," ungkap Taimur.
Baca juga: Luhut: Ekonomi Akan Membaik pada 2023, Tak Ada Ancaman 10-15 Tahun Mendatang
Sebagaimana diketahui, gejolak perekonomian dunia yang disebabkan oleh ancaman perang dagang Amerika Serikat dan China berdampak besar terhadap perekonomian dunia. Prospek melambatnya perekonomian dunia pun membuat pasar saham dunia bergejolak, indeks S&P 500 turun 17% dari level tertingginya di September 2018.
Tidak hanya itu, indeks MSCI juga turun 15% dari level tertinggi di bulan yang sama. Bahkan, International Monetary Fund (IMF) menyebut gejolak ekonomi dunia mulai memunculkan tanda-tanda akan datangnya krisis finansial.
Meski demikian, Indonesia dinilai memiliki pertumbuhan yang cukup baik di tengah dinamika perekonomian dunia di 2018. Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5%. Hal ini juga bisa dilihat dari realisasi pendapatan negara mencapai 100% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di akhir 2018. Defisit APBN dianggap sehat, hingga akhir November 2018 mencapai Rp278 triliun atau 1,89% di bawah Produk Domestik Bruto (PDB), di mana angka ini di bawah target APBN sebesar 2,19%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: