Direktur Ekskutif Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo, mengatakan aksi Reuni 212 sebelumnya tidak ada tujuan politik, namun pada kenyataannya sejumlah petinggi partai justru hadir dan memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
Karena itu, ia menilai tokoh partai menggunakan simbol-simbol agama. Bahkan ada imbauan seperti dari Habib Rizieq agar memilih Prabowo, sehingga jelas bermuatan politik.
“Apakah murni menegakkan Islam atau syahwat kekuasaan. Salat jamaah subuh kenapa harus diimbau, tanpa harus diimbau seharusnya sadar karena itu kewajiban. Ini semata karena ada momentum pilpres, ada kelompok ada yang mengkoordinir,” ujarnya di Jakarta, Senin (8/4/2019).
Baca Juga: Prabowo dan Sandi Gunakan Agama untuk 'Sahwat' Politiknya?
Menurutnya, ada persoalan parah yakni rendahnya literasi keagamaan masyarakat, sehingga mudah diajak untuk kepentingan politik. Literasi tentang kedalaman agama. Tentang agama Islam dan sejarah Islam. Karena literasi dan referensi kurang, maka mereka membela tanpa mengetahui tujuan yang sesungguhnya.
"Artinya tidak bisa membedakan mana ajaran Islam, mana politik Islam, mana Islam politik," katanya.
Baca Juga: Massa Prabowo di GBK Kemarin Punya Habib Rizieq?
“Oleh karena itu, alim ulama, ustaz, intelektual harus memberikan pemahaman yang benar, mengajarkan ajaran Islam yang rahmatan lilalamin. Mereka harus turun gunung, agar masyarakat mengetahui. Itu penting, sehingga tidak menjadi korban bagi kelompok yang sekadar gunakan agama menjadi simbol, demi kepetingan kekuasaan politik,” sambungnya.
Sebelumnya, kampanye akbar Prabowo-Sandiaga Uno di Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu (7/4/2019) kemarin, ternyata menjadi perbincangan. Salah satunya, peristiwa salat subuh berjamaah yang bercampur aduk, antara laki-laki dan perempuan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim