Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, kalah dalam pemilu bukan akhir dari segalanya. Karena, menurutnya, pemilu hanya proses demokrasi untuk memilih pemimpin yang dilakukan secara periodik setiap lima tahun.
"Kalau pada pemilu saat ini belum berhasil, agar berjiwa besar dan tampil lagi pada pemilu berikutnya," kata Hasto Kristiyanto kepada wartawan usai kegiatan diskusi peringatan Nuzulul Qur''an "Pesan Perdamaian dalam Alquran" di kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, Minggu (26/5).
Baca Juga: Usai Putusan KPU, PDIP Ajak Partai Prabowo Masuk Koalisi Jokowi, Mau?
Menurut Hasto Kristiyanto, PDI Perjuangan dua kali kalah dalam pemilu yakni Pilpres 2004 dan Pilpres 2019, tapi PDI Perjuangan menerimanya secara sportif dengan jiwa besar. "Kami pernah dua kali kalah dalam pemilu. Konsekuensinya, kami tidak ikut di pemerintahan. Namun, PDI Perjuangan tetap survive karena adanya semangat kolektivitas di internal partai," katanya.
Menurut Hasto, PDI Perjuangan juga berharap semua pihak memiliki pandangan bahwa kalah dalam pemilu bukan akhir segalanya. "Karena, kalah atau menang dalam pemilu, sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar bagi bangsa dan negara," katanya.
Baca Juga: Sandiaga Kalah, Saratoga Sebut Ia Sudah Tidak Ikut Serta di Perusahaan
Pihak yang menang, kata dia, harus menggunakan kemenangan itu untuk menjalankan amanat rakyat yakni membangun bangsa dan negara. "Pihak yang kalah juga harus agar memperbaiki dan mempersiapkan diri untuk mengikuti lagi pemilu pada lima tahun berikutnya," katanya.
Karena itu, untuk proses kontestasi pemilihan pemimpinan setiap lima tahun, kata dia, jangan sampai mengorbankan persatuan bangsa yang telah dibangun sejak Indonesia merdeka. Pada konteks tersebut, kata Hasto, maka Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) salah satu Ormas PDI Perjuangan menyelenggarakan diskusi pada peringatan Nuzulul Quran dengan tema, "Pesan Perdamaian dalam Alquran".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil