Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan, kinerja perdagangan mulai membaik. Hal ini ini ditandai dengan ekspor Juli 2019 yang meningkat, sebaliknya impor Januari-Juli 2019 berhasil menurun.
Ekspor Juli 2019 tercatat sebesar US$15,5 miliar atau naik 31% dibanding bulan sebelumnya (MoM).
"Peningkatan ekspor disebabkan peningkatan ekspor migas sebesar 115,2% (mom) dan peningkatan ekspor nonmigas sebesar 25,3% (mom)," kata Enggar melalui siaran pers, Kamis (22/8/2019).
Mendag menyampaikan, secara kumulatif pada periode Januari-Juli 2019, ekspor nonmigas tercatat sebesar US$88,1 miliar atau turun 6,6% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, penurunan ini sedikit lebih baik dibanding periode Januari-Juni 2019, yang turun 8,6%.
Enggar melanjutkan, selama periode Januari-Juli 2019, ekspor seluruh sektor mengalami pelemahan. Sektor migas mengalami penurunan terbesar, yaitu 21,8% (yoy). Sementara tahun sebelumnya meningkat 12,4% (yoy). Ekspor sektor pertambangan turun 17,1%, sementara tahun lalu naik 37,5%; sektor industri turun 4,3%, tahun lalu naik 6,9%; sektor pertanian turun 0,2% (yoy), sementara tahun lalu juga turun 7,5%.
Baca Juga: Neraca Dagang Jeblok, BI Salahkan Kondisi Global
Pelemahan kinerja ekspor Januari-Juli 2019 disebabkan oleh faktor tekanan harga beberapa komoditas utama Indonesia di pasar internasional, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO).
"Kondisi global masih menekan kinerja ekspor nonmigas selama Januari-Juli 2019," jelas Enggar.
Secara keseluruhan, penurunan ekspor nonmigas selama Januari-Juli 2019 juga dipicu melemahnya ekspor ke 10 besar negara tujuan utama, kecuali Malaysia dan Vietnam yang naik masing-masing sebesar 0,5% dan 20%.
Kinerja impor selama Juli 2019 tercatat sebesar US$15,5 miliar, atau turun 15,2% dibanding Juli 2018 (yoy), namun meningkat 35% dibanding Juni 2019 (mom). Secara kumulatif, selama Januari-Juli 2019, total impor Indonesia mencapai US$97,7 miliar atau turun 9,0% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$107,3 miliar.
"Penurunan impor Januari-Juli 2019 dipicu permintaan impor migas yang turun sebesar 24,4% dan nonmigas turun 6,2%," tegas Mendag.
Penurunan impor periode Januari-Juli 2019 tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan impor seluruh golongan barang. Impor barang konsumsi turun sebesar 10,2%, impor bahan baku/penolong turun 9,5%, dan impor barang modal turun 5,7%.
Barang konsumsi yang impornya mengalami penurunan signifikan, antara lain bahan bakar dan pelumas olahan (31,7%), makanan dan minuman olahan (24,8%), serta alat angkutan bukan untuk industri (21,1%).
Baca Juga: Impor Naik, Neraca Perdagangan Juli Defisit
Sementara itu, neraca perdagangan Juli 2019 tercatat masih mengalami defisit sebesar US$63,5 juta yang disebabkan defisit neraca perdagangan migas. Perdagangan nonmigas tercatat sebesar US$78,9 juta, sedangkan neraca perdagangan migas tercatat sebesar US$142,4 juta.
Lebih lanjut, Mendag menjelaskan, negara-negara mitra dagang seperti China, Thailand, Jepang, Italia, dan Australia menyebabkan defisit nonmigas terbesar pada Juli 2019 dengan jumlah mencapai US$2,72 miliar.
Sementara Amerika Serikat, India, Filipina, Belanda, dan Malaysia menjadi negara mitra yang menyumbang surplus nonmigas terbesar pada Juli 2019 dengan jumlah mencapai US$2,38 miliar.
"Secara kumulatif, defisit selama Januari-Juli 2019 masih cukup besar, yakni mencapai US$1,9 miliar. Defisit tersebut disebabkan besarnya defisit pada neraca perdagangan migas yang mencapai US$4,9 miliar. Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas menyumbang surplus sebesar US$3,0 miliar," pungkas Mendag.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: