Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

JSA & Stakeholder Terus Cari Solusi Atasi Angka Kematian Akibat Pneumonia di Jatim

JSA & Stakeholder Terus Cari Solusi Atasi Angka Kematian Akibat Pneumonia di Jatim Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Surabaya -

Hingga saat ini penyakit infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang atau yang disebut pneumonia masih menjadi masalah utama setiap negara. Infaksi ini umumnya banyak menyerang pada anak belita. Bahkan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) menyebutkan pneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria serta AIDS.

“Kami terus memantau terus terkait infaksi ini di beberapa daerah di Indonesia termasuk wilayah Jatim ini,” tegas, Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa, Arie Rukmantara usai Diskusi Media bertajuk “MENEBAR AKSI MELAWAN PNEUMONIA” yang digelar oleh Jurnalis Sahabat Anak (JSA) di Hotel Kampi Surabaya, Rabu (28/8/2019).

Baca Juga: Usul, DPR Usul BPJS Kesehatan Gratis!!

Baca Juga: Jangan, Asing Jangan Ikut Campur BPJS Kesehatan

Negara Indonesia kata Arie, berada di posisi keenam sebagai negara yang memiliki jumlah terbanyak bayi yang belum mendapatkan imunisasi lengkap hingga tidak divaksinasi. Di Indonesia tiap tahun ada sekitar 700.000 bayi yang tidak menerima layanan imunisasi. 

“Bahkan WHO memprediksi 1,5 juta nyawa meregang setiap tahun akibat kurangnya vaksinasi,” sambungnya.

Sementara itu, wilayah Jatim Arie klaim Provinsi Jatim sendiri merupakan salah satu Provinsi dengan angka pneumonia balita yang tinggi. Pneumonia selalu berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak  di rumah sakit sentinel dan puskesmas sentinel di Jatim.

“Walaupun Jatim memiliki angka tinggi penyakit pneumonia, namun Jatim juga menjadi barometer dalam kesepakatan negara yang menjadi anggota PBB untuk menekan angka kematian pada anak-anak dan meningkatkan gizi yakni Sustainable Development Goals (SDGs) karena Jatim memiliki rencana donasi daerah yang cepat sejak dikeluarkan oleh pemerintah sejak tahun 2017-2018 lalu,” tegasnya

Yang jelas katanya, tujuan SDGs untuk memotong angka kematian terhadap balita di wilayah Jatim sendiri.

“Walaupun program SDGs diselesaikan di tahun 2030 nanti penekanan tetap dilakukan saat ini. Hal ini untuk menekan angka kematian balita dari dua penyakit ini (Pneumonia dan diare,red),” ujarnya.

Walaupun UNICEF sudah mempercayai sistem kesehatan di Indonesia khususnya dibeberapa provensi, kabupaten dan kota yang baik. Akan tetapi, UNICEF sendiri tetap memantau dari sistem kesehatan tersebut.

“Sistem kesehatan di Indonesia cukup baik, karena ada fasilitas kesehatan seperti puskemas, posyandu dan rumah sakit anak untuk memastikan anak tetap sehat. Namun kami tetap mengingatkan diluar sistem yakni penguatan pentingnya nutrisi untuk kesehatan ibu dan anak dengan pemahaman dan prilaku untuk kesehatan,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: