Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Beri Hak Tambang ke China, Korut Minta Imbalan Investasi

Beri Hak Tambang ke China, Korut Minta Imbalan Investasi Kredit Foto: (Foto/Reuters)
Warta Ekonomi, Jakarta -

China memperoleh akses ke tambang tanah langka di Korea Utara dengan imbalan investasi energi surya. Kesepakatan itu dapat meringankan kekurangan energi yang kronis di Korut.

Association of China Rare Earth Industry menyebutkan, membangun pembangkit tenaga surya yang mampu menghasilkan 2,5 juta kilowatt listrik setiap hari di daerah pedalaman seperti Pyongan Utara akan menelan biaya sekitar US$2,5 miliar. Imbalannya, China mendapat hak untuk menambang tanah langka di perbatasan provinsi.

Baca Juga: Kesal dengan Amerika Serikat, Korea Utara Beri Ultimatum

Tanah langka atau logam langka adalah kelompok dari 17 unsur kimia dengan karakteristik khusus. Sebenarnya tidak langka, tetapi sulit ditemukan dalam konsentrasi yang diinginkan dan sulit diproses. Itu karena bijih mengandung bahan radioaktif yang terjadi secara alami seperti uranium dan thorium. Logam dan paduan yang dikandung logam langka digunakan di banyak perangkat yang dipakai orang setiap hari, seperti komputer, DVD, baterai isi ulang, ponsel, catalytic converter, magnet, dan lampu neon.

Sebuah sumber di China yang dekat dengan industri ini mengatakan kepada Reuters bahwa perjanjian dua negara komunis ini hanya angan-angan Korea Utara. Sumber tersebut skeptis dengan kepentingan China dalam proyek tersebut. "Berinvestasi di Korut tidaklah aman. Reputasi internasionalnya buruk dan perusahaan-perusahaan belum tentu tertarik," kata sumber itu.

Resolusi 2270 Dewan Keamanan PBB yang diadopsi tak lama setelah uji coba nuklir keempat Korut pada 2016 melarang negara pimpinan Kim Jong Un itu untuk mengekspor emas, bijih titanium, bijih vanadium, dan mineral tanah langka di negara itu. Konflik perdagangan AS-China juga menimbulkan kekhawatiran terhadap langkah-langkah yang diambil masing-masing pihak, termasuk opsi Beijing untuk membatasi ekspor logam tanah langka. Ini dianggap sebagai salah satu opsi nuklir Beijing dalam pertempurannya dengan Washington. Sebab, China merupakan produsen logam langka bumi terbesar di dunia dan pemegang cadangan terbesar.

Menurut laporan The South China Morning Post, Agustus lalu, banyak investor China melirik kesempatan bisnis di Korut meski negara tetangganya itu sedang mendapat sanksi dari PBB. Seorang pebisnis mengaku, dalam beberapa bulan terakhir ini, telah melakukan negosiasi untuk mengamankan kesepakatan potensial di bidang pertambangan di Korut. 

"Korut kaya akan sumber mineral dan harganya saat ini relatif rendah dikarenakan adanya pembatasan ekspor mineral," kata pebisnis yang tak ingin namanya disebut itu. 

Dia berharap mengeluarkan 10 juta yuan atau US$1,46 untuk peralatan tambang. Dia juga mengatakan bahwa hubungan yang baik antara Pyongyang dengan Beijing dan Washington saat ini mendorongnya untuk membuat keputusan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: