Bisnis ekplorasi dan ekploitasi gas adalah bisnis yang padat modal sebab proses pencarian sumber gas alam tidaklah mudah. Hal itu diungkapkan oleh Manager HR dan General Affairs HCML, Wisnu Prasedyoko, dalam kuliah tamu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kamis (14/11/2019) kemarin.
Dikatakan Wisnu, dunia ekploitasi Minyak dan Gas (Migas) tak hanya padat modal karena alat yang dibutuhkan untuk ekploitasi adalah investasi mahal, tetapi juga membutuhkan proses pencarian sumber gas yang panjang dan sarat dengan teknologi tinggi dan geologi mumpuni.
Tahap awal diperlukan uji seismik untuk melihat potensi gas didalam perut bumi yang diprediksi memiliki sumber daya gas alam. Setelah proses uji seismik, baru akan dilakukan ekplorasi untuk melihat lebih riil potensi gas baik di bawah tanah (Onshore) maupun yang ada dibawah permukaan laut lepas (offshore).
"Setelah ekplorasi menghasilkan potensi gas yang ekonomis, maka perusahaan akan mencari pembeli gasnya dulu, sebab gas tak bisa distok dalam sebuah wadah penampung seperti halnya minyak mentah. Jadi kami harus menemukan pembeli dan jaringan pipanya dulu baru kami bisa melakukan Eksploitasi atau produksi gas alam itu sendiri. Semua proses ini membutuhkan waktu, modal dan skill yang sangat detail," kata Wisnu dihadapan para mahasiswa Unair Surabaya.
Baca Juga: Tingkatkan Budaya Safety First, HCML Edukasi pada Palajar
Baca Juga: HCML Terus Dukung Program Menteri ESDM, Apa Saja?
Lebih lanjut Wisnu mengungkapkan, setiap tahun, sektor industri hulu Migas ini membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Tak hanya sumber daya dibidang teknik tetapi juga non teknik. Sebab urusan non teknik lainnya seperti humas, administrasi, manajerial pun butuh SDM yang handal. Syarat utamanya harus mampu menguasaj bahasa Inggris dan memiliki standar yang ditentukan oleh perusahaan.
"Kami menantang kalian, kaum milenials untuk melihat dunia Migas ini sebagai potensi untuk mengembangkan diri. Sebab kalianlah nanti penerus sumber daya Migas di Tanah Air ini," tegasnya.
Wisnu berharap dengan banyaknya informasi seputar dunia Migas yang didapatkan oleh mahasiswa akan membuat pemikiran mereka tentang dunia kerja pun semakin luas.
Kegiatan rutin yang sengaja dilakukan oleh pihaknya di kampus- kampus ini memang menyasar mahasiswa. Selain memperkenalkan industri hulu migas, pihaknya juga ingin menepiskan persepsi bahwa hanya lulusan teknik yang bisa berkarir di industri migas.
"Bukan hanya orang teknik saja yang dibutuhkan di bidang ini (Industri migas,red) tapi kami juga banyak membutuhkan orang sosial. Seperti dari ilmu telekomunikasi agar apa yang kami punya juga bisa didengar masyarakat lebih mudah," bebernya.
Selain itu pula Wisnu mengatakan, bahwa Surabaya, Jawa Timur boleh dianggap surganya gas alam. Bahkan masyarakat umum kini 5 Kota dan Kabupaten di Jatim sudah bisa menikmati harga gas murah di rumah masing-masing.
Salah satunya kata Wisnus yakni, warga Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo yang baru menikmati Jaringan Gas (Jargas) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan gasnya diproduksi oleh Husky - CNOOC Madura Limited (HCML). HCML sendiri beroperasi di Madura yakni Sampang (Pulau Mandangin) dan Sumenep serta di Pasuruan.
“Saat ini HCML merupakan 3 besar penyumbang produksi gas di Jatim dengan produksi gas sekitar 101 Million Metric Standard Cubic Feet of Day (MMSCFD), dengan market share 18 persen. Sedangkan yang pertama masih dipegang Kangen Energy Indonesia (KEI) sebesar 27 persen, yang kedua PHE WMO sebesar 22 persen," jelas Wisnu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: