Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Flagship Harga Miring Recoki Pasar Smartphone?

Flagship Harga Miring Recoki Pasar Smartphone? Ilustrasi. | Kredit Foto: Shutterstock
Warta Ekonomi, Jakarta -

Belakangan ini beberapa vendor merilis ponsel flagship, yakni ponsel dengan kriteria spesifikasi yang mumpuni, namun dijual dengan harga yang relatif miring. Ponsel flagship biasanya dijual dengan harga sekitar Rp10 juta ke atas karena spesifikasinya yang termasuk kelas high-end.

Salah satu produk yang disebut sedikit mengganggu harga pasar ialah Realme X2 Pro. Ponsel flagship tersebut dibanderol dengan harga Rp7,8 juta, berbanding jauh dengan harga ponsel flagship kebanyakan.

Market Analyst IDC Risky Febrian memprediksikan bahwa harga ponsel flagship yang miring tersebut belum tentu akan menimbulkan pergeseran minat pasar dari kelas mid-end ke high-end.

Baca Juga: Aturan IMEI Bakal Dongkrak Pasar Ponsel Indonesia

Terlebih, pangsa segmen high-end sendiri dari data paparan Risky masih sangat kecil dalam meraup keseluruhan pangsa pasar ponsel di Indonesia. Pertumbuhannya juga tidak berpengaruh besar.

"Memang sejauh ini cenderung stagnan, pertumbuhannya tidak terlalu besar. Keseluruhan segmen high- end ini hanya mencakup masih kurang dari 5 persen dari keseluruhan market di Indonesia," ujarnya di Aston Kuningan, Jumat (29/11/2019).

Indonesia, menurut Risky, adalah emerging market. Sehingga, persaingan terketat bukan dari pasar high-end, tapi lebih ke pasar mid-end, atau ponsel kelas menengah.

"Indonesia ini memang emerging market, jadi memang pasar terbesarnya ini masih diperuntukkan untuk pasar middle class ekonomi. Jadi, daya belinya masih ya paling tinggi di segmen mid-range," ujarnya.

Baca Juga: Sst... Realme Kabarnya 'Pisah Ranjang' dari Oppo

Belum lagi, pasar di Indonesia memang sensitif terhadap harga. Di segmen mid-end, brand loyalty dari konsumen tergolong rendah. Hal ini yang membuat persaingan ponsel di kelas mid-end semakin panas dari tahun ke tahun.

"Persaingan paling ketat. Brand loyalty-nya sangat rendah dibanding high-end," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: