Ratusan ekor babi mati mendadak. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali mencatat, setidaknya sudah ada sekitar 808 ekor babi yang mati disebabkan terserang virus Afrika Swine Fever (ASF) alias virus flu Afrika.
"Sampai saat ini kami mencatat sudah 808 ekor babi mati di seluruh Bali. penyebabnya karena terserang virus ASF atau flu Afrika," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnu Ardhana, Sabtu (8/2/2020).
Virus ini, ia melanjutkan, tak bisa berkembang di suatu wilayah dengan suhu panas. Sama seperti virus corona, virus ini bisa mati jika diberi disinfektan. "Untuk babi yang terkena virus ini sudah dikubur. Kami mengimbau kepada warga untuk tak membuang babi yang mati ke sungai," imbau dia.
Baca Juga: Di China, Pasien Terinfeksi Corona Diberi Makan Daging Kura-Kura
Sejauh ini, babi mati yang terserang virus tersebut ditemukan di wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Klungkung.
Soal nilai kerugian, ia belum menghitungnya dengan detail. Hanya bisa hitung berdasarkan jumlah babi yang mati dikalikan dengan harga jualnya. "Harga jualnya sekitar Rp2 juta sampai Rp3 juta. Silakan dikalikan saja, itulah nilai kerugiannya," katanya.
Menurutnya, virus tersebut tumbuh subur di Bali oleh karena populasi babi di Pulau Dewata cukup besar. "Di Bali ada 690 ribu populasinya. Agar tak ada lagi yang tertular, kami telah mengirimkan lima ribu disinfektan ke seluruh Bali untuk disemprotkan di kandang-kandang babi," tuturnya.
Dari jumlah tersebut, wilayah dengan populasi terbesar adalah di Kabupaten Buleleng. Sementara wilayah dengan tingkat kematian babi tertinggi adalah di Kabupaten Badung.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: