Rencana OPEC untuk membatasi produksi minyak hingga 1,5 juta barel per hari awalnya diharapkan untuk membuat harga minyak bumi dunia kembali naik. Sebelum penurunan drastis ini, harga acuan WTI masih berada di kisaran US$40-45 per barel. Sedangkan untuk Brent berada di kisaran US$45-50 per barel.
Pembatasan produksi minyak bumi dianggap Rusia dapat menguntungkan industri shale gas Amerika Serikat. Namun, penolakan Rusia membuat Arab Saudi geram sehingga justru meningkatkan produksi hariannya hingga 2 juta barel per hari. Pasar yang sudah over supply, kini justru kembali dibanjiri stok minyak bumi yang berlimpah.
Perang ego antara Arab Saudi, Rusia, dan Amerika Serikat membuat harga menjadi semakin terpuruk. Pengamat memperkirakan bahwa harga minyak bumi bisa berada di bawah level US$30 per barel.
Baca Juga: Gegara Corona Minyak Dunia Anjlok, Indonesia Bisa Gak Tuh Manfaatin?
Kebijakan Arab Saudi ini juga memengaruhi perdagangan saham pada bursa-bursa dunia. Perdagangan saham di Senin (9/3/2020) pagi diwarnai terkoreksinya hampir semua bursa Asia. Nikkei terkoreksi hingga nyaris 1.300 poin atau 5,81 persen dari pembukaannya. Indeks Hang Seng juga terkoreksi lebih dari 1.000 poin atau sekitar 4 persen.
IHSG pun terkoreksi 3,20 persen dari pembukaan hari ini. Penurunan juga terjadi untuk Indeks KOSPI (-4,35%), Strait Times (-4,10%), Shanghai (-1,81%), dan Bursa Malaysia (-3,34%).
Bursa Asia yang masih belum mampu bangkit akibat wabah Covid-19, kini harus kembali dihadapkan pada masalah baru yang membuat perdagangan semakin tertekan. Kondisi yang sama diperkirakan juga akan terjadi pada bursa Eropa dan Amerika Serikat yang baru akan dibuka pada sore dan malam nanti.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: