Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dokter Ini Jawab Rasa Penasaran Manusia: Bisakah Darah Pasien Sembuh Dipakai sebagai Obat?

Dokter Ini Jawab Rasa Penasaran Manusia: Bisakah Darah Pasien Sembuh Dipakai sebagai Obat? Kredit Foto: Reuters/Noel Celis

Saat wabah flu Spanyol terjadi tahun 1918, sekitar 1.700 pasien mendapatkan serum darah dari pasien yang sembuh. Saat wabah SARS di Hongkong, ada 80 pasien menjalani terapi antibodi pasif ini dan peluang sembuhnya lebih tinggi.

Darah pasien sembuh juga diujicoba dalam dua wabah virus Ebola di Afrika dan menunjukkan beberapa keberhasilan. Begitu pula dalam penelitian di Republik Demokratik Kongo tahun 2015. Sebuah ujicoba di Guinea tidak meyakinkan hasilnya, tetapi dilakukan tanpa menyaring plasma antibodi yang tinggi.

Karena itu, Dr Casadevall menyatakan tingkat kemanjuran mungkin lebih tinggi seandainya peneliti menggunakannya hanya pada pasien yang masih tahap awal penyakit mematikan ini.

Menurut Dr Jeffrey Henderson dari Universitas Washington yang bersama Dr Casadevall dan dokter lainnya di Mayo ClinicMinnesota mengajukan izin ke FDA, penggunaan terapi antibodi ini memiliki landasan ilmiah.

Ketika seseorang terinfeksi oleh kuman tertentu, tubuh mulai membuat protein yang dirancang sebagai antibodi untuk melawan infeksi. Setelah orang tersebut pulih, antibodi-antibodi itu mengapung dalam darah - khususnya di plasma, bagian cair dari darah - selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Namun patut dicatat bahwa ini tidak seperti vaksin, dan hanya bersifat sementara.

Vaksin sendiri melatih sistem kekebalan tubuh manusia untuk membuat antibodi melawan kuman tertentu. Pendekatan infus plasma akan memberi orang suntikan sementara antibodi orang lain dalam jangka pendek dan membutuhkan dosis berulang.

Faktor yang menguntungkan dari terapi antibodi ini yaitu darahnya bias tersedia segera dari mereka yang sudah sembuh, sementara obat dan vaksin membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Mentransfusikan darah dengan cara ini tampaknya relatif aman, asalkan disaring untuk virus dan agen infeksi lainnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: