Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada 200 Lembaga Pendidikan, Kampung Inggris Pare Wajibkan Siswa Gunakan Bahasa Inggris

Ada 200 Lembaga Pendidikan, Kampung Inggris Pare Wajibkan Siswa Gunakan Bahasa Inggris Kredit Foto: Campuspedia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meskipun telah belajar di sekolah bahkan bangku kuliah, mungkin sebagian dari kita merasa sulit untuk berbahasa Inggris. Salah satu kelemahan belajar bahasa Inggris di sekolah mungkin karena kurangnya praktik dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu, World English Pare (WE) berinovasi dalam lembaga pendidikan bahasa Inggris yang dibuka untuk membuat kampung Inggris. Artinya, di kampung itu siswanya diwajibkan untuk tinggal di Camp English Area, yang dimaksudkan untuk mendorong kegiatan berbahasa Inggris sehari-hari dengan lebih maksimal. Dikenallah Kampung Inggris Pare di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Baca Juga: UN Dibatalkan, Begini Cara Nadiem Luluskan Siswa

Namun, baru-baru ini mulai bermunculan kampung Inggris di berbagai kota di Indonesia. Tidak ada yang salah dengan pembuatan kampung itu, tetapi ada perbedaan yang sangat menonjol yang membuat kampung mana yang benar-benar terasa di Inggris.

Di Kampung Inggris Pare ada dua desa, Desa Pelem dan Tegalrejo, yang di sana lebih dari 200 lembaga pendidikan Bahasa Inggris mewajibkan pesertanya untuk menggunakan bahasa Inggris. Sementara untuk kampung Inggris lainnya, mungkin tidak sebanyak itu, bahkan hanya ada satu lembaga pendidikan bahasa Inggris.

"Tidak jarang masyarakat yang ingin datang ke Kampung Inggris terkecoh dengan kampung-kampung inggris di daerah tersebut. Sangat jelas perbedaanya untuk Kampung Inggris Pare sendiri ketika periode-periode tertentu seperti periode liburan mengalami pelonjakan yang sangat signifikan. Tidak jarang penerimaan pendaftar dibatasi karena setiap periode memiliki kuota masing-masing," ujar Ari Suryono, Manager Marketing World English Pare (WE).

Ari menambahkan, World English Pare saat ini tengah melakukan pembatasan penerimaan peserta baru. Itu dilakukan karena WE tidak ingin menerima peserta melebihi kuota mengingat jumlah kuota akan memengaruhi kualitas dan hasil pembelajaran itu sendiri.

"Jadi jika dalam satu periode hanya ada kuota 200, ya kami hanya terima 200. Kami tidak mau kelas yang maksimum diisi 15-20 peserta melebihi kapasitas tersebut karena akan memengaruhi hasil pengajaran," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: