Penguatan Literasi Digital Bantu Masyarakat Tetap Kreatif & Produktif di Era New Normal
Menurut Helmy Yahya, mantan Dirut TVRI, era kenormalan baru menjadikan dunia begitu cepat menjadi serba digital. Platform media pun ikut berubah. Seluruh negara di dunia memaksa manusia harus melek digital karena semua aturan atau protokol keseharian bersentuhan dengan teknologi. Manusia beralih dari dunia offline menuju online.
Para pegiat literasi, menurut Helmi Yahya, harus mengubah mindset. Informasi kini tidak saja disampaikan melalui buku (printing media), tetapi sekarang sangat digital. Semakin praktis karena bisa diperoleh dengan murah, sepanjang tersedia Wi-Fi atau jaringan internet. Bisa didapatkan kapan pun, di mana saja, asalkan terkoneksi.
Baca Juga: Rekomendasi Buku Bisnis yang Mengubah Pola Pikir Bill Gates hingga Jadi Orang Terkaya Dunia
"Jadi, saat ini masyarakat sudah shifting dari budaya membaca ke budaya melihat. Kalau kita menggunakan medsos, seperti Twitter, Facebook, Instagram, saya ingin memberitahu bahwa gambar yang bergerak atau video akan lebih tinggi responsnya daripada foto. Dan foto itu jauh lebih akan direspons daripada hanya sekadar teks," pesan Helmi.
Media yang paling efektif saat ini adalah audio visual. Oleh karena itu, banyak yang menggunakan YouTube sebagai sarana berkomunikasi daripada sekadar berbagi foto apalagi hanya teks.
"Pesan saya, perpustakaan tidak lagi fokus hanya buku-buku printing, tetapi buku digital (e-book) yang bisa diakses dari manapun. Apalagi di tengah pandemi, aktivitas peminjaman buku tidak lagi harus datang ke perpustakaan, tetapi bisa secara digital," kata Helmi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: