Terungkap! Pasien Covid-19 Etnis Asia Selatan Lebih Berisiko Meninggal karena...
Kredit Foto: Foto/Reuters
Penjelasan lain dapat mencakup kemiskinan atau perbedaan kecil secara genetis yang meningkatkan risiko infeksi serius, kata para peneliti.
Temuan ini telah dipublikasikan secara online sebelum dipublikasikan secara resmi dalam jurnal medis. Namun, hasilnya telah diberikan ke kelompok penasihat ilmiah pemerintah Inggris - Sage - lebih dari sebulan yang lalu.
Laporan itu mengatakan etnisitas sekarang mungkin perlu dipertimbangkan bersamaan dengan usia dan masalah kesehatan lainnya ketika memutuskan siapa yang mendapat vaksin jika tersedia.
Masalah yang sama muncul dalam memutuskan siapa yang harus dilindungi dan apakah beberapa orang memerlukan perlindungan ekstra di tempat kerja.
"Itu memang memiliki implikasi luas yang sulit untuk dihadapi," kata Harrison kepada BBC.
"Haruskah ada kebijakan berbeda bagi perawat Asia Selatan yang berada di garis depan dengan perawat kulit putih - itu yang benar-benar rumit."
Studi ini menunjukkan semua etnis minoritas memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk membutuhkan perawatan intensif daripada orang-orang keturunan kulit putih.
Sebagian dari alasannya adalah kemungkinan karena penyakit menjadi lebih parah. Namun, faktor lain adalah orang kulit putih lebih tua dan mengalami gejala yang lebih parah sehingga ventilasi dalam perawatan intensif mungkin bukan pilihan. Namun, perbedaannya bukan tentang akses ke layanan kesehatan.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa semua etnis yang tiba di rumah sakit pada tahap yang sama saat menderita Covid-19 menunjukkan tidak ada penundaan antaretnis dalam mendapatkan bantuan.
Analisis sebelumnya oleh Kesehatan Masyarakat Inggris menunjukkan tingkat kematian orang-orang keturunan Bangladesh adalah dua kali lebih tinggi daripada orang kulit putih.
Sementara kelompok etnis kulit hitam, Asia dan minoritas lainnya memiliki risiko kematian antara 10-50 persen lebih tinggi. Meskipun itu tidak memperhitungkan faktor-faktor lain seperti pekerjaan, masalah kesehatan dan obesitas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: