Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

STAN Ditutup karena Terpapar Radikalisme, Apa Benar?

STAN Ditutup karena Terpapar Radikalisme, Apa Benar? Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Akun Facebook bernama Bang Bima Bim mengunggah status pada Selasa (4/8/2020) berupa layar tangkapan berita yang berisi berita televisi STAN yang diduga ditutup karena isu radikalisme. Dalam narasinya, pemilik status menyebut pemerintah adalah penyebab ditutupnya kampus STAN.

Berikut kutipan narasinya:

Ya RABB nggak habis pikir dengan rezim sekarang ini.

Kalo gagal ngurus negara mundur dong secara jantan, jangan kambing hitam aja yang dijadikan alasan.

Ridho Syam

#Sontoloyo

Gara2 isu radikalisme di STAN, maka selama 4 tahun kedepan kampus itu di tutup dan tidak menerima mahasiswa baru. Rupanya sekarang mahasiswa yang rajin solat dan pengajian di Masjid dianggap pemerintah sebagai embrio radikalisme shg membahayakan keamanan negara ... Semakin kacau aja nih pemerintah, main tuduh" aja... :angry:?????

Baca Juga: CPNS Kemenkeu hingga STAN Disetop, Sri Mulyani Berdalih...

Hasil Cek Fakta

Dari hasil penelusuran, dilansir cekfakta.com, berita dalam gambar adalah cuplikan video dari channel Youtube Official iNews. Dalam berita tersebut, Sudirman Said menyebutkan penyebab isu radikalisme berkembang di STAN di antaranya tidak mau memberi salam pada yang berbeda jenis, menggunakan celana cingkrang, dan berjangut. Kemudian hal ini disimbolkan oleh pihak tertentu sebagai radikalisme.

Dalam video yang diunggah melalui akun Youtube dan Instagram resmi PKN STAN (@PKNSTAN) dijelaskan beberapa alasan STAN tidak melakukan penerimaan mahasiswa baru: pertama, STAN kesulitan melakukan seleksi efektif di tengah pandemi Covid-19 mengingat rata-rata pendaftar mencapai 130.000 orang.

Kedua, STAN berupaya mengevaluasi pola seleksi dari calon mahasiswa. Ketiga, STAN tengah menyiapkan pola pendidikan dan kurikulum baru yang disesuaikan dengan era digital.

Keempat, STAN sedang menyiapkan infrastruktur baru yang ramah lingkungan dengan adaptasi era new normal. Kelima, STAN tengah melakukan penyesuaian terhadap penempatan lulusan di kementrian/lembaga maupun pemda.

Tidak ditemukan pembahasan mengenai isu radikalisme yang menyebabkan STAN ditutup.

Dilansir dari finance.detik.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meniadakan rekrutmen PKN STAN tahun ini demi memutus rantai penyebaran virus corona yang saat ini melanda Indonesia.

Peniadaan rekrutmen PKN STAN juga sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 77 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2020-2024.

"Kebetulan tahun ini kita dihadapkan pada Covid dan rekrutmen STAN yang biasanya melamar itu bisa mencapai lebih dari 150.000, tidak mungkin dilakukan testing yang akan menimbulkan risiko penularan yang sangat besar. Apalagi untuk rekrutmen STAN kita juga membutuhkan tes fisik dan untuk tahun ini karena Covid tidak memungkinkan terjadinya," kata Sri Mulyani di gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (15/7/2020).

Simpulan

Bukan karena isu radikalisme. STAN tidak membuka pendaftaran untuk mahasiswa baru karena sulitnya seleksi di tengah pandemi Covid-19. Selain itu STAN tengah melakukan desain ulang sistem pendidikan dan kurikulum yang baru.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: