Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Patut Dicontoh, SBY Tak Pernah Gunakan Isu Corona Buat Serang Jokowi

Patut Dicontoh, SBY Tak Pernah Gunakan Isu Corona Buat Serang Jokowi Kredit Foto: Antara/Rosa Panggabean
Warta Ekonomi -

Serangan Corona di Indonesia sudah memasuki bulan ketujuh. Namun, tak ada tanda-tanda virus ini akan hilang dari Tanah Air. Yang terjadi, justru kasusnya semakin melonjak, baik yang positif maupun yang wafat.

Menyikapi kondisi ini, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menyampaikan gagasannya soal penanganan pandemi Corona. Seperti pendapat sebelumnya, SBY tetap tak menggunakan isu corona untuk menyerang kebijakan Presiden Jokowi.

Baca Juga: JK di Zaman SBY Menonjol, JK di Zaman Jokowi...

Pendapat SBY ini dituangkan dalam artikel yang diberi judul Selamatkan Dunia Kita-Save Our World. Berbeda dengan pernyataan sebelumnya, kali ini artikel itu disampaikan SBY dalam model Podcast. Lengkap dengan backsound Art of Silence-by Uniq. Video berdurasi 16 menit 12 detik itu di-upload ke YouTube dan di-share melalui akun media sosial milik SBY, baik Facebook maupun Twitter.

Apa isinya? "Miris ketika mendengar berbagai prediksi dan analisis yang katakan pandemi masih akan berlangsung hingga 2022. Bahkan ada yang meramalkan lebih lama lagi," kata SBY membuka Podcast di akun Facebook-nya.

Presiden dua periode itu memahami betapa lelahnya masyarakat yang ekonominya terdampak corona. Padahal kondisi ini baru berjalan enam bulan. "Bagaimana jika satu tahun, dua tahun, atau lebih lama lagi?" kata SBY.

Meski dalam situasi sulit, SBY yakin Presiden Jokowi dan pemerintah Indonesia mampu melewati masa sulit ini. Namun dengan catatan, atur secara rapi strategi penanganan pandemi.

"Harus terus dilakukan evaluasi, setelah itu lakukan koreksi dan perbaikan terus-menerus. Jangan hanya menunggu dewa penolong yang disebut vaksin," sebut mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu.

Kalaupun ada vaksin, SBY berharap pemerintah memperhatikannya dengan baik dan bersikap adil. "Apakah saat vaksin ditemukan, seluruh orang bisa terselamatkan? Apakah dunia bisa adil agar rakyat miskin sekalipun bisa mendapatkan vaksin Covid-19?" kata SBY.

SBY juga menyinggung soal jutaan kasus kematian akibat Covid-19 di dunia. Menurutnya, pemerintah di seluruh dunia perlu bekerja lebih keras lagi dari sekadar menunggu vaksin.

"Pemerintah itu paling bertanggung jawab menyelesaikan pandemi ini. Rakyat telah memberikan mandat kepada pemerintah melakukan apapun guna menyelamatkan mereka di saat sulit," tegas SBY.

Baca Juga: Era SBY Peran JK Sangat Besar, Dampingi Jokowi Malah Samar-samar

Apa pesan yang ingin disampaikan SBY? Politisi Demokrat Hinca Pandjaitan coba menganalisisnya. Kata dia, apa yang disampaikan SBY merupakan representasi rakyat dalam mendukung pemerintahan dunia agar lebih giat melawan virus corona.

"Ini pesan negarawan kepada pemerintah dalam memberikan rasa aman, sekaligus memberikan bimbingan agar rakyat bisa diselamatkan dan punya harapan," kata Hinca.

Eks Sekjen Partai Demokrat ini menyebut rakyat telah memberi kepercayaan penuh kepada pemerintah. Saatnya pemerintah memberikan rasa optimis dan harapan Covid-19 ini bisa diatasi dengan baik dan cepat. Pemerintah tidak boleh mengeluh. Pandemi ini masih panjang sebagaimana prediksi para ahli.

"Sekali lagi ini adalah empati sekaligus harapan Pak SBY kepada semua pemimpin dunia, termasuk pemimpin Indonesia. Tidak lebih dari itu," tegas anggota Komisi III DPR itu.

Hal senada juga disampaikan pengamat politik dari LIPI, Firman Noor. Kata dia, SBY dikenal sebagai seseorang yang senang diserang tapi tidak akan menyerang balik. SBY tidak mengenal momentum. Dia lebih kepada pemberi solusi di manapun dan kapanpun.

"Karakter Pak SBY bukan orang yang ingin memancing di air keruh. Saya tidak pro-SBY, dulu di eranya, saya sering kritik dia," kata Firman.

Namun pendapat berbeda disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari. Menurutnya, apa yang disampaikan SBY tidak seutuhnya nasihat, namun ada juga serangan. Itu dilihat dari pilihan kata yang diucapkan SBY.

"Poin-poin dari Pak SBY ini pesimis. Seperti pilihan kata kehilangan harapan, miris, banyak masalah, dan seterusnya. Saya bacanya tidak ada nasihat yang cukup jelas dan operasional dari Pak SBY," tukasnya.

Baca Juga: SBY 'Diejek' Hanura, Demokrat Gak Terima, Balasannya Skakmat!

Meski begitu, ada poin yang menunjukkan sikap optimis SBY. Misalnya, di China dan Selandia Baru kehidupannya sudah hampir normal.

"Ya mungkin bagus memberikan saran agar seperti China dan Selandia Baru, itu yang lebih merupakan nasihat dan solusi," cetus Qodari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: