Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waspadai Flu Babi, China Bikin Apartemen Kandang Babi

Waspadai Flu Babi, China Bikin Apartemen Kandang Babi Kredit Foto: Unsplash/Amber Kipp
Warta Ekonomi, Jakarta -

Daging babi adalah salah satu menu pokok di China. Namun dalam dua tahun terakhir wabah flu babi Afrika sudah menghancurkan hampir separuh ternak babi di sana, sehingga harga daging di pasaran meningkat.

Dalam usaha meningkatkan produksi ternak babi serta menghadapi wabah seperti flu babi Afrika, China mulai menernakkan babi di apartemen bertingkat.  Sebuah perusahaan swasta bernama Guangxi Yangxiang sedang membangun kawasan apartemen tinggi di daerah pegunungan Yaji, yang akan bisa memproduksi sekitar 840 ribu babi setiap tahun ketika mulai berproduksi.

Baca Juga: Muncul Demam Babi Afrika, Ilmuwan Bilang Bahayanya...

Peternakan ini akan benar-benar terpisah dari pemukiman warga guna menghindari adanya pencemaran.

Di dalam peternakan itu akan ada tempat untuk menangani babi yang mati. Pekerja akan tinggal di dalam kompleks.

Di Australia, Robert Herrmann direktur pelaksana Mecardo, sebuah perusahaan analisa pasar, mengatakan peternakan seperti ini belum pernah ada sebelumnya di tempat lain.

"Kami sudah melihat adanya kandang babi yang dibuat bertingkat mirip dengan blok apartemen," katanya.

Semuanya ada di dalamnya sehingga keamanan biosekuritas akan lebih tinggi dibandingkan di tempat lain. Dengan model seperti ini produksi babi akan bisa ditingkatkan dalam waktu cepat.

"Ini juga berarti ternak babi akan lebih aman dibandingkan di masa sebelum adanya wabah flu babi Afrika," ucap dia.

Matinya ternak babi di China sehingga menurunkan produksi babi dunia menjadi berkurang 50 persen. Ini membuat permintaan akan produk daging alternatif sepeeti sapi dan domba juga meningkat.

Herrmann mengatakan hal itu sudah merupakan berita bagus bagi harga komoditi asal Australia karena China harus memenuhi kebutuhan permintaan akan daging di dalam negeri.

"Ekspor daging merah kami ke China sebelum flu babi Afrika sudah tinggi, dan pertumbuhan itu naik berlipat ketika kemudian terjadi wabah flu Afrika," katanya.

Menurut Herrmann sudah ada tanda-tanda China mulai bergerak ke arah peternakan yang lebih canggih. Karenanya, akan ada peningkatan produksi di sana yang pada gilirannya akan membuat harga akan turun.

"Saya kira perkiraannya adalah diperlukan waktu dua tahun untuk mengembalikan keadaaan seperti sebelum adanya wabah. Saya kira kita bisa memperkirakan produksi penuh akan terjadi tidak lama setelah itu."

Robert Herrmann mengatakan bahwa 'tidak tersedianya protein daging merah di China saat ini. Adanya wabah telah memberikan kesempatan bagi peternak sapi dan domba Australia untuk menguasai pasar.

"Dan diperkirakan pasar itu akan menurun di saat angka produksi babi meningkat," katanya.

Namun analis pasar independen Simon Quilty mengatakan usaha China meningkatkan produksi babi terus mengalami masalah. Siperkirakan China akan tetap mengimpor bij-bijian, sapi dan domba dalam jumlah besar beberapa tahun ke depan.

"Walau keadaan membaik, kita tahu bahwa wabah flu babi Afrika ini terus membuat babi mati, karena kita tahu harga anakan babi di China masih sangat tinggi," kata Quilty.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: