Subway Viral di Medsos, Ini Kisah Sukses Restoran Cepat Saji yang Sering Muncul di Drakor Itu
Restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS), Subway, menjadi perbincangan hangat di media sosial; setelah muncul akun 'Subway Indonesia' di Instagram sejak Rabu (2/12/2020).
Sayangnya, akun itu tidak resmi. Pemiliknya mengaku hanya sekadar iseng ketika membuat akun atas nama Subway itu. Padahal, warganet sudah menaruh atensi besar karena antusias menyambut 'kehadiran' restoran cepat saji itu.
Pertanyaannya, mengapa ya Subway bisa begitu menarik perhatian para warganet? Yuk kenali lebih jauh soal Subway untuk tahu jawabannya!
Baca Juga: 12 Orang Terkaya di Sektor Teknologi Global, Total Harta Mereka Capai Rp14 Kuadriliun Loh
Baca Juga: Gimana Cara Beli Bitcoin?
Awal Mula Subway
Berdiri pada 1965, perintis Subway adalah fisikawan Peter Buck dan mahasiswa bernama Fred DeLuca. Dulu, nama restoran adalah Pete's Super Submarines. Pada hari pembukaan, Buck dan DeLuca berhasil menjajakan 312 roti lapis seharga kurang dari 1 dolar AS/porsi.
Selang tiga tahun kemudian, Pete's Super Submarines berubah nama menjadi Subway, bersamaan dengan meluncurnya logo baru dengan warna khas kuning cerah.
Memasuki 1974, Subway berhasil membuka 16 gerai di wilayah Connecticut, AS. Nah, sekitar 9 tahun setelahnya, Subway berinovasi dengan memproduksi roti sendiri--sebuah langkah yang akhirnya menjadi ciri khas dan pendorong kesuksesan perusahaan pada 1980-1990-an.
Subway pun memasuki pasar internasional pada 1984, dengan Bahrain sebagai destinasi pertama. Pasar mereka pun meluas dari Hong Kong, Irlandia Utara, Italia, Pakistan, hingga Norwegia pada 1998.
Di kisaran 1990-an, jumlah gerai Subway mulai menjamur; dari 5.000-an menjadi 13.200 pada 1998. Tidak lama kemudian, Subway berhasil mengalahkan McDonald's dari segi jumlah gerai pada 2002. Saat itu, Subway sudah punya 13.247 gerai.
Bisnis Subway Saat Ini
Melansir Business Insider, Kamis (3/12/2020), Subway telah memiliki 22.226 gerai per 2020, hanya di AS saja. Sayangnya, Subway hanya memiliki 600 gerai dengan layanan lantatur (layanan tanpa turun/drive thru).
Hal itu membuat Subway kesulitan melayani konsumen di tengah pandemi; di mana mereka lebih memilih lantatur ataupun layanan take away demi menekan risiko penularan COVID-19.
Akan tetapi, CEO Subway, John Chidsey tetap optimis dengan masa depan perusahaan. Menurutnya, kinerja Subway di China telah bangkit.
"Artinya, seiring berjalannya waktu, kami bisa pulih. Memang kondisinya berbeda di seluruh dunia, tapi Asia memberiku harapan," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna