Bawa-bawa Setan! Ocehan Eks Sekjen Demokrat Kerasnya Bukan Main, Bisa Nusuk Hati AHY!
Mantan Sekjen Partai Demokrat, Marzuki Alie menyindir bila kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tak ubahnya seperti dinas politik.
Hal ini seolah menyindir pernyataan SBY menolak tentang dinasti yang diucapkannya 2013 lalu, saat prahara Ratu Atut Chosiyah ditangkap KPK.
Baca Juga: 'Kudeta Demokrat Mungkin Terjadi, Jika ...'
“Sy anti dinasty, itu janji sby,” balas Marzuki melalui akun twitternya, @marzukialie_MA membalas cuitan Mahfud MD.
Secara sarkas, mantan Ketua DPR RI ini menyarankan agar AHY mundur dari jabatannya sebagai ketum lantaran tak siap memimpin Partai Demokrat dibandingkan harus fitnah ke sejumlah orang.
“Takut akan hantu, terpeluk dg setan. Tidak siap.memimpin partai, sebaiknya mundur daripada firnah kanan kiri, masuk neraka,” tambahnya.
Melihat kondisi yang terjadi, Marzuki menilai AHY tak bisa memimpin karena membuat isu kudeta menjadi gaduh. Dan dibandingkan dirinya, karir politik Marzuki jauh lebih moncer karena sempat menjabat ketua DPR sekaligus Ketum Partai.
“Sy bersyukur sdh menjabat sampai ketua dpr, jadi yang ribut2 itu krn gak bisa mimpin,” cuitnya.
Meski demikian, ia kemudian tak terima bila dirinya disebut makar. Karenanya usai hembusan isu ini menjadi gaduh, Marzuki menghubungi SBY sebagai Dewan Kehormatan Tinggi Partai Demokrat dan meminta agar mensanksi kader Demokrat yang telah memfitnah dirinya. Sebab bila tak tegas, Marzuki mengancam akan bereaksi dan membawa masalah ini ke ranah hukum.
“Ingatkan mereka yang sedang diberi amanah, kenapa harus memfitnah di ranah publik, menyebut nama sangat menciderai dan akan memecah keutuhan partai. Kalau ada yang diindikasi melanggar aturan, dipanggil di Mahkamah Partai atau Dewan Kehormatan, bersalah dipecat,” katanya mencuit tudingan AHY kepadanya.
Marzuki menegaskan sekalipun tak lagi masuk dalam kepengurusan, dirinya mengaku sangat loyal dengan SBY dan Partai Demokrat. Ia mengungkapkan dirinya bukan kutu loncat yang datang dan pergi dari partai karena ada ambisi pribadi.
“Partai ini dibangun dengan keringat, pengorbanan yg tidak kecil, manakala pengurusnya merusak, kami punya tgg jawab moral utk meluruskan. Kalau bagus tentu diapresiasi,” tuturnya.
Empat Faksi
Mantan kader Demokrat Ruhut Sitompul tak terkejut dengan sikap AHY seperti sekarang, menurutnya yang terjadi karena resistensi di internal Demokrat. Tanpa maksud untuk ikut campur, dia menceritakan sejumlah kader mengaku merasakan hal berbeda antara zaman dulu dengan sekarang.
“Di daerah banyak mengelu, kayaknya karena lingkungan AHY juga. Lingkungan dia ini kan semua orang yang waktu zaman di Demokrat abis-abisan kan mereka belum Demokrat," kata Ruhut.
Sementara, Mantan Ketua DPP Partai Demokrat Yus Sudarso menyebutkan jika saat ini sedikitnya ada empat faksi di dalam tubuh Partai berlambang mercy itu, yakni faksi simpatisan mantan Ketua Umum Partai Demokrat (Alm) Hadi Utomo, faksi SBY, faksi Anas Urbaningrum dan faksi Marzuki Alie.
“Dengan kenyataan tersebut tentu sudah menjadi hal yang alami jika adanya upaya kudeta terhadap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY),” katanya.
Meski demikian, Yus Sudarso menilai, gerakan kudeta terhadap Ketua Umum Partai Demokrat AHY merupakan hal yang lumrah. Dia menyebut upaya itu menjadi hal yang alami dan banyak dilakukan sejumlah partai
"Sebenarnya pergerakan yang dimaksud AHY bukan pergerakan, tapi mengalir seperti air dari daerah lalu kembali kepada kanal-kanal faksi yang ada tadi. Itu sah-sah saja dalam Parpol bukan hal yang tabu," kata Yus.
AHY sendiri merupakan salah satu dari empat faksi yang ada di dalam tubuh Partai Demokrat. AHY lahir dari faksi Soesilo Bambang Yudhoyono yang merupakan ketua dari hasil Kongres Luar Biasa (KLB).
"AHY sendiri kan lahir menjadi ketum dari KLB," katanya.
Karenanya ia menyarankan kepada AHY untuk tidak panik dan membuat isu yang semakin melebar. Jika AHY masih didukung oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Pusat (DPD) peristiwa mengkudeta tidak akan terjadi.
KLB Ciptakan Dualisme Partai
Upaya menjegal AHY dalam KLB berdampak dualisme partai. Dengan demikian, Partai Demokrat akan terpecah, kejadian ini terjadi terjadi di sejumlah partai lain, seperti PKB, PPP, Golkar, hingga yang terbaru Partai Berkarya.
Sementara di era Presiden Jokowi, campur tangan pemerintah pertama kali terjadi di Partai PPP. Terbitnya SK Menkumham ke kubu Romahurmuziymenjadi puncak perpecahan. Padahal sebelumnya, kubu Djan Farizh menang dalam kasasi 504 PTUN.
Dualisme yang diawali usai Pemilu 2014 baru berakhir jelang Pileg 2019 lewat putusan MA tak lama setelah ketua umum mereka, Rommy ditangkap KPK. Suharso Manoarfa kini menjadi PLT sekaligus penengah kubu Rommy dan kubu Djan.
Hal sama juga terjadi di Partai Berkarya, secara tiba tiba SK Menkumham mengeluarkan dan mengakui kepengurusanMuchdi Purwoprandjono. Sementara kubu Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) dan Priyo Budi Santoso dianggap tak diterima.
Dalam wawancara kepada awak media, Priyo mengungkapkan perpecahan yang terjadi sejak Juli 2020 lalu berawal dari pemecatan Sekjen Badaruddin dari Partai Berkarya. Kecewa, ia kemudian membuat gerakan dalam Musnalub atau KLB yang menyimpang dari AD/ART partai dan mentasbihkan dirinya kembali ke sekjen dengan posisi Ketua Umum Muchdi Purwoprandjono.
"Picunang ini memang lincah mengolah dan manipulasi fakta-fakta sehingga seolah-olah telah memenuhi qourum Munas yang berujung pada pelengseran Hutomo Mandala Puta (HMP) sebagai Ketua Umum Partai," kata Priyo.
Kini setelah enam bulan berlalu, Priyo mengaku telah berkomunikasi dengan Menkumham Yasona Laoly. Menurutnya, Yasona berjanji akan mengembalikan kepengurusan Partai berkarya ke kubu Tommy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto