Dibongkar Semuanya oleh Max Sopacua, Siasat SBY Utak-atik Demokrat Jadi Partai Dinasti
Masih segar dalam ingatan Max Sopacua, setelah Kongres I Partai Demokrat di Bali pada 2005 dilanjutkan dengan Musyawarah Daerah (Musda) di provinsi dan Musyawarah Cabang (Muscab) di kabupaten/kota, berbondong-bondong ada yang Gubernur dan ada para bupati masuk memimpin, mengambil posisi menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabanh (DPC).
"Dan tidak ada yang mengusik mempertanyakan, kapan kepala daerah yang bergabung saat itu, membuat KTA (kartu tanda anggota)? Oleh karena sejatinya Partai Demokrat memang berasaskan partai modern dan terbuka," katanya.
Menurutnya, sebagai akibat sinergisitas putra-putra terbaik itulah, mulai dari kepemimpinan nasional SBY dan bergabungnya putra-putra terbaik di masing-masing daerah, maka Partai Demokrat menjadi partai besar dan partai pemenang di Pemilu 2009.
"Usai 2009, selanjutnya berubah menjadi babak baru, setelah Anas Urbaningrum digantikan SBY menjadi Ketua Umum produk KLB (kongres luar biasa) di Bali 2013 dan putranya Edy Baskoro Yudhoyono tetap menjadi Sekretaris Jenderal. Maka mulai saat itulah masyarakat menyetempel Partai Demokrat adalah partai keluarga," katanya.
Pada Kongres 2015 di Surabaya, lanjutnya, SBY kembali dikukuhkan sebagai Ketua Umum, setelah mengadang paksa pencalonan Marzuki Alie. "Padahal SBY pada KLB Bali berjanji, tujuan mengganti Anas Urbaningrum hanya untuk mengantarkan sampai Kongres 2015. Padahal seandainya SBY memiliki etika moral politik dan kepemimpinan yang baik, tentunya mempersilakan Marsuki Alie untuk menjadi Ketua Umum di KLB Bali 2012 tersebut, mengingat Marzuki Alie adalah runner up pada Kongres di Bandung 2010," kata Max.
"Siapa sangka guru politik yang selalu menanamkan jujur cerdas dan santun kepada kader Demokrat, ternyata beliau sendiri yang tidak jujur," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti