Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Modal Rp900 Ribu Jadi Cuan Rp1,4 Miliar, Ini Rahasia Arli Kurnia Berbisnis Tanpa Utang!

Modal Rp900 Ribu Jadi Cuan Rp1,4 Miliar, Ini Rahasia Arli Kurnia Berbisnis Tanpa Utang! Kredit Foto: Instagram/Arli Kurnia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengusaha Christina Lie menggandeng Arli Kurnia yang merupakan pemilik dari PT Sukses Niaga Solusindo yang terkenal dengan produk penghemat BBM bermerek Cleanoz. Arli adalah sosok yang terkenal sebagai Business Coach dan praktisi anti riba, ia juga terkenal sebagai pakar pelunas utang sekaligus penulis buku '30 Hari Bebas Hutang'.

Arli juga dijuluki profit maker karena Arli berfokus pada profit daripada menjadi pengusaha yang memiliki banyak modal seperti kantor, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Dulu Hidup Miskin di Pulau Kecil, Miliarder Korsel Ini Janji Donasikan Separuh Hartanya

Melalui video YouTube bertajuk "MODAL 900 ribu JADI 1,4 MILYAR DALAM 3 BULAN TANPA HUTANG | Arli Kurnia | Christina Lie 101Red", kisah sukses Arli berawal pada November 2012 saat Arli memiliki utang dan bangkrut. Utangnya pun berjumlah Rp400 juta karena banyaknya cicilan.

Arli bercerita saat itu ia berbisnis MLM dan sudah mencapai peringkat yang tinggi, karena itu gengsinya juga semakin tinggi.

Pada saat itu, Arli pun merasakan titik balik hidupnya, dari yang serba ada hingga tak punya apa-apa. Bahkan, pekerjaan pun tak punya. Mobil yang ia kredit pun langsung dijual semua dan Arli hanya naik motor untuk kesehariannya.

"Orang-orang melihat saya hidup susah, padahal enggak. Dari situ saya cari penghasilan, ada sisa, disitulah saya menemukan kebahagiaan," ujar Arli.

Di titik itu pula Arli bercerita bahwa 90% utangnya yang berjumlah Rp400 juta lunas dalam satu bulan. Sisanya, selesai dalam tiga bulan. Karena itu ia membuat buku '30 Hari Bebas Hutang'.

Intisari dari buku tersebut adalah harus dilihat terlebih dahulu penyebab utang itu apa. Dari pengalaman Arli, penyebab utangnya adalah bisnis yang ia jalani. Karena itu ia menyetop semua kegiatan bisnis MLM-nya dan menjual semua barang yang jadi penyebab utang itu. Arli merasa lebih baik memulai segalanya dari awal.

Arli sendiri merasa selama memiliki barang kredit itu, ia merasa hidupnya tak tenang dan cepat tersinggung, bahkan dengan istrinya sendiri. Karena itu, ia melepas segala yang ia punya dan memulai dari awal. Arli merasa ia telah mengejar hal yang tidak penting.

Bulan November 2012 Arli melepas semuanya, bulan Desember 2012 Arli mulai browsing di internet untuk berjualan apapun. Mulai dari penguat sinyal, kartu perdana, dll. 

Hingga suatu hari, Arli menemukan penghemat BBM. Mulanya, Arli mengontak produsen asal Surabaya untuk menjual barang tersebut, tetapi minimal pembelian harus Rp4 juta sementara Arli tak punya uang. Jadilah Arli hanya membeli satu botol dan ia pelajari isinya yang ternyata minyak atsiri.

Hingga akhirnya ia ke Jogja naik motor untuk membeli minyak atsiri yang sudah diproses sedemikian rupa dengan harga Rp900 ribu. Dari situ, Arli mengemas ulang dengan memasukkan ke botol kecil-kecil sebesar obat tetes mata, lalu diberi label yang dicetak menggunakan printer dan dijual.

Kini, produk tersebut malah laku dipasaran dan mendatangkan cuan bagi Arli.

"Saya gak pernah menyangka bahwa produk tersebut bisa sampai sekarang. Saya bikin itu bukan untuk punya bisnis, tetapi supaya bisa makan aja," tandasnya.

Setiap hari Arli keluar dengan motornya untuk menjual produk tersebut hanya untuk makan sehari-hari. Setiap harinya, Arli bertekad bahwa saat pulang ke rumah, ia harus membawa uang.

"Saya pulang harus bawa duit, pulang itu laku 50 ribu, 100 ribu untuk beli beras," terangnya.

Sebelum bernama Cleanoz yang terkenal hari ini, produk tersebut dulu namanya Dexon. Setiap harinya Arli keluar rumah menawarkan produk tersebut ke teman-temannya, temannya pun merasa kasian akhirnya membeli.

Lalu, orang yang ditetesi cairan itu sebagian besar menelepon Arli karena motornya jadi tidak macet-macet lagi, tarikannya juga menjadi enteng.

Setelah itu, produk tersebut pun terjual banyak hingga pada bulan Januari 2013, dari uang Rp900 ribu, Arli mendapatkan Rp60 juta. Lalu, dari Januari hingga Maret 2013, total pendapatan Arli sebesar Rp1,4 miliar.

Setelah itu, Arli beralih membeli properti sebagai ruang properti di daerah Salatiga. Dengan profit mencapai Rp1,4 miliar, Arli masih mengontrak dan masih naik motor sampai bisnis itu berjalan dua tahun. Uang yang ia dapatkan pun justru diputar.

Hingga buku '30 Hari Bebas Utang' tercipta, Arli pun dipanggil seminar ke berbagai daerah. Arli mengaku tak masalah seminar gratis, asalkan ia bisa menjual bukunya. Lalu, pada tahun 2016, Arli mulai bisnis properti dengan membeli tanah kavling.

Sebagai Business Couch yang dikenal sebagai pakar bebas utang, Arli kerap membuka jasa konsultasi secara gratis setiap hari Kamis di rumahnya. Arli selalu menegaskan bahwa kita harus percaya adanya Tuhan dan segala sesuatu di Bumi ini milik Tuhan serta akan kembali kepada Tuhan.

Harus diketahui pula bahwa penyebab utang adalah gengsi dan spekulasi.

Selain bisnis penghemat BBM dan properti, tahun 2019 kemarin, Arli juga memulai bisnis baru bernama Waroeng Rakjat adalah mini market yang mirip dengan Indomaret dan Alfamrt. Harga yang dipatok pun di bawah dua raksasa mini market tersebut tetapi sudah berbasis teknologi scan barcode melalui ponsel sebagai kasir.

"Salah satu penyebab kesusahan hidup adalah merasa hebat dan lebih dari orang lain," kutip tulisan dari video tersebut.

"Yang penting hidup ikhlas hanya berharap hidup tenang, udah," ujar Arli.

Jadi, konsep melunasi utang adalah dicari dahulu akar permasalahannya, gengsi atau spekulasi. Jika karena gengsi, lebih baik dijual semua penyebab utang akibat gengsi itu. Jika karena spekulasi, itung semua pengeluaran jangan lagi pakai spekulasi.

Selain itu, ada tiga jenis bisnis menurut Arli yaitu komoditi, trend dan kebutuhan spesifik. Arli mengatakan

bahwa yang menghasilkan margin paling tinggi adalah kebutuhan spesifik, sedangkan komoditi margin paling rendah yaitu bekisar 5-20 persen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: