Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenal Kebocoran Keuangan Karena FOMO

Oleh: Steven Ransingin, Senior Advisor AZ Consulting

Mengenal Kebocoran Keuangan Karena FOMO Aktivitas pengunjung di 23 Paskal Shopping Center di Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/11/2020). Manajemen pusat perbelanjaan 23 Paskal Shooping Center menyatakan, kunjungan di pusat perbelanjaan tersebut mengalami kenaikan sebanyak 50 persen sejak awal Oktober 2020 lalu setelah sebelumnya sempat sepi pengunjung. | Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ada banyak sekali hal yang bisa menjerumuskan kita ke dalam perilaku boros. Hal ini perlu diwaspadai karena perilaku boros tersebut bisa menyebabkan kita gagal mencapai tujuan keuangan.

Dari sekian banyak penyebab boros, ada satu yang sering dialami namun kita luput untuk menyadarinya. Dengan mengetahui dan menyadari hal tersebut, kita akan mampu menghindari perilaku boros yang tak diharapkan. Lantas, apa hal yang membuat kita boros namun sering tidak kita sadari?

Baca Juga: Apa Itu Investasi Keuangan?

Namanya adalah FOMO, yang merupakan singkatan dari frase fear of missing out. Dalam Bahasa Indonesia FOMO bisa diartikan sebagai rasa takut dan cemas bakal ketinggalan sesuatu. FOMO ini biasanya ditambah dengan kekhawatiran bahwa orang lain sedang melakukan atau merasakan pengalaman berharga yang seharusnya tidak kita lewatkan. 

Terminologi FOMO diperkenalkan pertama kali oleh seorang marketing strategist bernama Dan Herman pada makalahnya pada tahun 2000 silam.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun jadi berbahaya apabila hal tersebut mulai mengganggu kondisi keuangan. Seringkali kita mengambil keputusan keuangan di luar rencana dan hanya berdasarkan pada perasaan takut kehilangan tersebut. So, apa aja sih FOMO yang bisa mengancam keadaan keuangan kita?

1. FOMO dalam Diskon atau Barang Limited

Pasti kita sering sekali mendengar kalimat, besok harga naik, diskon cuma untuk hari ini, lalu beli satu gratis satu, atau cashback sekian persen. Selain itu, adapula informasi soal kolaborasi dengan tokoh publik tertentu sehingga barang diproduksi dengan jumlah terbatas, kalau tidak beli sekarang maka kita bisa kehabisan.

Berikut adalah sedikit dari sekian banyak cara marketer menggunakan FOMO dalam menjaring pembeli. Pasti ada banyak dari kita yang pernah terjebak dalam kondisi ini, entah secara sadar atau tidak.

Seringkali kita takut ketinggalan atau takut kehabisan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Alhasil, pengeluaran melonjak naik.

2. FOMO dalam Penggunaan Kartu Kredit

Mempunyai kartu kredit bukan berarti limit yang ada di kartu kredit tersebut adalah uang yang kita miliki. Kebanyakan orang merasa limit pada kartu kredit tersebut adalah uang yang kita miliki sehingga mau beli apapun tinggal gesek saja. Urusan bayarnya baru deh pusing tujuh keliling.

Namun banyak yang merasa lebih baik melakukan hal tersebut ketimbang kehilangan kesempatan mendapatkan diskon, promo, atau sesuatu produk yang bersifat limited.

3. FOMO dalam Investasi

Hal ini sering terjadi pada seorang pemula yang berinvestasi di pasar saham atau forex ketika sedang mengalami keuntungan besar. Mumpung sedang untung, mereka menghabiskan uang dengan jumlah lebih banyak lagi, atau bahkan semuanya, untuk menambah dana investasi.

Bagus kalau nasib baik masih berpihak pada mereka, bagaimana kalau sebaliknya? Perlu diketahui, berinvestasi di pasar saham dan forex juga memerlukan manajemen risiko, faktor psikologis, dan yang paling penting adalah analisis.

So, itu adalah tiga contoh dari sekian banyak penyebab FOMO bagi keuangan kita. Semoga dengan mengetahui hal tersebut, kita jadi lebih menyadari agar kita tidak terjebak dalam situasi FOMO tersebut. Semoga bermanfaat!

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: