Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Malu Abis! Rudal Hipersonik Gagal Meluncur dari Bomber B-52 Militer AS, Eh Ketahuan...

Malu Abis! Rudal Hipersonik Gagal Meluncur dari Bomber B-52 Militer AS, Eh Ketahuan... Kredit Foto: Sindonews
Warta Ekonomi, Washington -

Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) dibuat malu dalam uji coba rudal hipersonik pertama negara itu yang berakhir dengan kegagalan. Misil yang diuji coba gagal lepas dari pesawat pembawanya; pembom B-52.

Misi uji coba rudal hipersonik pertama Amerika pada Selasa di Point Mugu Sea Range milik militer di dekat Los Angeles seharusnya berfungsi sebagai demonstrasi lain dari kehebatan teknologi Angkatan Udara yang tak tertandingi.

Baca Juga: Adu Mulut Jenderal AU dan AD Amerika Jadi Tindakan Bodoh, Seret-seret Soal Rudal Jarak Jauh...

Pada Selasa pagi, pembom B-52 era 1950-an lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Edwards membawa rudal hipersonik yang baru dikembangkan, yang disebut ARRW, yang dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal saat terbang lebih dari lima kali kecepatan suara.

Tetapi senjata generasi berikutnya itu tidak dapat mencapai langkah kritis, yakni tahap melepaskan diri dari sayap pesawat.

"Rudal uji coba tidak dapat menyelesaikan urutan peluncurannya karena masalah yang tidak ditentukan yang ditemui di pesawat," bunyi pernyataan Angkatan Udara AS yang dikutip The Washington Post, Jumat (9/4/2021).

“Meskipun tidak meluncurkan mengecewakan, tes baru-baru ini memberikan informasi yang sangat berharga untuk dipelajari dan dilanjutkan,” imbuh Brigadir Jenderal HeathCollins, pejabat eksekutif program direktorat persenjataan, dalam pernyataan tersebut. "Ini sebabnya kami uji," ujarnya.

Seorang juru bicara Lockheed Martin, yang mengembangkan rudal tersebut, merujuk semua pertanyaan wartawan ke Angkatan Udara. Seorang juru bicara Angkatan Udara menolak untuk memberikan rincian mengenai apa yang menyebabkan kegagalan peluncuran rudal, dengan alasan sifat sensitif pengembangan senjata AS.

Senjata hipersonik berada di pusat penumpukan senjata era Presiden Donald Trump yang dirancang untuk menegaskan kembali dominasi militer Amerika atas negara-negara pesaing seperti Rusia dan terutama China.

Setelah diterjunkan, senjata semacam itu akan memperluas jangkauan kemampuan serangan presisi militer AS, memungkinkan Amerika Serikat untuk menetralkan target dengan pertahanan antipesawat yang kuat. Target yang mungkin dapat mencakup situs peluncuran nuklir negara musuh atau kapal perang.

Rudal seperti itu juga dapat memungkinkan pembunuhan presisi dilakukan lebih cepat dan dari jarak yang lebih jauh, memungkinkan Amerika Serikat untuk mengejar target yang lebih sulit dipahami.

Tetapi tantangan teknis dan teknik seputar penempatannya berarti Amerika Serikat belum mengembangkan senjata hipersonik yang dapat diterjunkan dalam jumlah besar. "Tujuan Angkatan Udara untuk program ini adalah untuk memberikan kemampuan senjata hipersonik pada awal tahun 2020-an," kata seorang juru bicara Angkatan Udara Amerika.

Upaya pengembangan rudal hipersonik AS hingga saat ini mencakup upaya pengembangan senjata yang campur aduk dengan berbagai tingkat kecanggihan.

Laporan terbaru dari Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) mengidentifikasi 70 upaya berbeda untuk mengembangkan senjata hipersonik dan teknologi terkait. Harganya diperkirakan akan menelan biaya hampir USD15 miliar antara 2015 hingga 2024, hampir semuanya berasal dari Departemen Pertahanan.

Menurut GAO, ARRW buatan Lockheed yang gagal diluncurkan Selasa secara luas diharapkan menjadi yang terjauh, dengan kemungkinan keputusan produksi pada tahun 2022.

Sejauh ini, jadwal produksinya telah meleset sekitar empat bulan, tetapi masih jauh di depan upaya bersaing yang sedang dikembangkan oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

Rudal tersebut telah menjalani tujuh uji terbang di mana sebuah rudal dibawa ke sayap B-52 tetapi tidak diluncurkan. Tes hari Selasa akan menilai pendorong roket rudal serta kemampuannya untuk berangkat dengan aman dari jalur penerbangan pembom.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: