Pakistan Komentari Agresi Israel, Sebut Itu Bukan Konflik Tapi Pembantaian Palestina
Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Pakistan Shireen Mazari berpendapat berbeda dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang menyebut kekerasan di Timur Tengah sebagai "konflik".
Mazari lebih memilih menyebut kekerasan itu adalah "pembantaian" oleh Israel pada warga Palestina.
Baca Juga: Turki Jangan Khawatir, Sikap Pakistan Ini Bisa Perkuat Posisi dari Amerika
"Dengan hormat sekretaris jenderal (sekjen) yang terhormat ini bukan konflik tetapi pembantaian oleh Kekuatan Pendudukan dan PBB perlu menegakkan tanggung jawabnya untuk melindungi rakyat Palestina dari terorisme negara Israel," tegas Shireen Mazari di Twitter.
"Ingat Ch(arter) VII dari Piagam PBB!” ujar dia menambahkan, mengacu bagian dokumen yang memungkinkan Dewan Keamanan PBB menentukan adanya ancaman terhadap perdamaian, atau tindakan agresi, dan untuk mengambil tindakan militer dan nonmiliter untuk memulihkan perdamaian dan keamanan internasional.
"Saya mengimbau agar segera meredakan dan menghentikan permusuhan di Gaza dan Israel. Terlalu banyak warga sipil tak berdosa telah tewas. Konflik ini hanya dapat meningkatkan radikalisasi dan ekstremisme di seluruh wilayah," ujar dia dalam tweet.
Serangan Israel di Jalur Gaza menewaskan sekitar 139 orang, bersama dengan 950 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Jumlah ini terus bertambah seiring berlanjutnya serangan Israel.
Enam anak dan dua wanita dibunuh pasukan Israel dalam serangan terbaru di satu rumah.
Ketegangan meningkat di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur dan di Masjid Al-Aqsa sejak bulan suci Ramadhan, ketika pasukan dan pemukim Israel menyerang warga Palestina.
Ketegangan menyebar dari Yerusalem Timur ke Gaza setelah kelompok perlawanan Palestina di sana bersumpah membalas serangan Israel di Masjid Al-Aqsa dan Sheikh Jarrah jika mereka tidak dihentikan.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967. Zionis mencaplok seluruh kota pada 1980, tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq