Sementara itu, untuk dana pinjaman, saat ini sudah terkonversi menjadi aset yang dimiliki PLN, dimana infrastruktur tersebut bisa dinikmati oleh masyarakat.
”Sampai Maret 2021, progress pembangunan 35 GW yang sudah beroperasi adalah 10 GW, jumlah transmisi 23.445 kms serta Gardu Induk dengan kapasitas 83.947 MVA. Rasio elektrifikasi juga sudah meningkat dalam 5 tahun terakhir dari 88.3% pada 2015 menjadi 99.2% pada 2020.” ujarnya.
Melalui infrastruktur tersebut, saat ini daerah yang dahulu kekurangan pasokan listrik maka pada saat ini kondisi kelistrikan di daerah sudah terpenuhi. “Kehandalan pasokan listrik PLN saat ini sudah sangat bagus, karena PLN menyadari bahwa saat ini listrik merupakan kebutuhan utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.” jelas dia.
Ditengah gencarnya pembangunan yang dilakukan, PLN juga masih memberikan kontribusi kepada negara sejak tahun 2015 melalui dalam bentuk pajak dan deviden yang jumlahnya mencapai Rp 199,5 T.
“Patut kita apresiasi apa yang sudah dilakukan oleh PLN saat ini. Mereka pada tahun ini berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp 5.9 T dengan berbagai macam inovasi dan efisiensi yang dilakukan.”kata Mamit.
Dia juga menyampaikan, efisiensi yang dilakukan saat ini tidak mengurangi keandalan pasokan listrik kepada masyarakat.”Jangan sampai nanti terjadi black out kembali, karena listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Bisa terganggu nanti roda perekonomian.”pinta Mamit.
Terkait dengan tarif adjustment, Mamit meminta agar pemerintah dan DPR mengkaji kembali tarif saat ini. Menurut dia, saat ini tarif listrik PLN sudah sangat murah jika dibandingkan biaya pokok produksinya.
”Beban keuangan PLN sudah semakin berat, sudah saatnya pemerintah melakukan evaluasi tarif listrik PLN. Sejak tahun 2017 tarif listrik tidak pernah mengalami kenaikan untuk semua golongan.”pungkas Mamit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil