Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina International Shipping Kantongi Laba Rp1,1 Triliun di 2020, Melonjak 126 Persen

Pertamina International Shipping Kantongi Laba Rp1,1 Triliun di 2020, Melonjak 126 Persen Gedung pertamina | Kredit Foto: Pertamina
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina International Shipping, anak usaha Pertamina, membukukan laba tahun berjalan melonjak 126 persen dari USD66,58 juta (Rp945 miliar) di 2019 menjadi USD83,70 juta setara Rp1,19 triliun di 2020. 

Adapun pendapatan usaha sebesar USD598,86 juta atau melonjak 121 persen dibandingkan perolehan yang sama di tahun sebelumnya sebesar USD493,97 juta. 

Baca Juga: Pertamina International Shipping Ambil Bagian di Proyek Gasifikasi RU IV Cilacap

Kenaikan tersebut, mendongkrak laba usaha perseroan hingga 146 persen dari USD67,62 juta di 2019, menjadi USD98,83 juta di 2020. 

Di sisi lain EBITDA meningkat 206 persen dari USD80,16 juta di 2019, menjadi USD164,77 juta. "Realisasi Laba Bersih Audited Perusahaan pada tahun 2020 meningkat utamanya disebabkan oleh usaha optimasi operasi yang dilakukan. Kenaikan beban operasi berbanding lurus dengan kenaikan pendapatan secara proporsional," ujar Direktur Keuangan Pertamina International Shipping, Diah Kurniawati dalam keterangannya, Senin (14/6/2021). 

Dia menuturkan, adapun kenaikan Beban Umum & Administrasi dipengaruhi oleh meningkatnya biaya terkait human capital seiring dengan perluasan struktur organisasi dan biaya konsultansi untuk proses restrukturisasi 

Kenaikan laba bersih tersebut juga membuat posisi ekuitas perseroan ikut terdongkrak dari USD263,65 juta di 2019 menjadi USD347,33 juta di 2020. Sementara untuk Aset di tahun lalu tercapai USD548,36 juta atau naik dari tahun sebelumnya sebesar USD419,06 juta. 

Di sisi lain total liabilitas perseroan untuk 2020 tercatat mencapai USD 201,02 juta atau meningkat dari 2019 yang tercatat sebesar USD 155,40 juta. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya utang usaha seiring dengan meningkatnya beban operasi. 

Dari aspek aset perusahaan, Total Aset Audited 2020 meningkat disebabkan oleh adanya penambahan Asset Under Construction (2 VLCC New Building). 

Selain itu, kenaikan aset juga dipengaruhi oleh meningkatnya Kas dan Setara Kas dan pencatatan Aset Hak Guna sebagai salah satu dampak penerapan PSAK 73. 

Sinergi dalam menjalankan operasional kembali diwujudkan anak usaha PT Pertamina (Persero) dalam pengapalan ke-700 produksi minyak mentah Blok Cepu. 

Minyak mentah Blok Cepu di Bojonegoro hasil produksi konsorsium KKKS yakni PT Pertamina EP Cepu (PEPC) dan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), kemudian dialirkan melalui pipa sepanjang 95 kilometer ke Palang, Tuban, dan ditampung di FSO Gagak Rimang di lepas pantai Tuban, Jawa Timur. Selanjutnya, minyak mentah dikirim oleh VLCC Success Enterprise (MT SC Enterprise) yang dioperasikan oleh Pertamina International Shipping ke STS Tuban untuk diolah di kilang Pertamina guna memenuhi kebutuhan energi nasional.

VLCC MT SC Enterprise akan mengangkut 1 juta barel minyak mentah yang merupakan kargo bagian Pemerintah (850 ribu barel) dan BKS PI (150 ribu barrel). 

Capaian lifting ke-700 Blok Cepu ini secara kumulatif lebih dari 475 juta barel minyak, atau lebih tinggi dari perkiraan keseluruhan volume cadangan minyak terproduksikan saat rencana awal Plan of Development (PoD) sebesar 450 juta barel. 

Pengapalan ke-700 ini secara resmi dihadiri Menteri ESDM Arifin Tasrif, Dirjen Migas Tutuka Ariadji, Kepala SKK Migas Dwi Sucipto dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/6/2021). 

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan apresiasi atas pencapaian yang telah dihasilkan di Blok Cepu sehingga bisa dilakukan pengapalan ke-700. Menurut Arifin, ini merupakan pencapaian yang luar bisa yang dilakukan dengan kerja keras, kerja sukses serta mengerahkan seluruh kemampuan teknis yang dimiliki. 

“Saya percaya dengan kemampuan dan kerja sama tim teknis yang ada dan dengan sinergi semuanya, Insya Allah bisa kita capai dengan baik. Kerja sama ini diharapkan bisa terus berlangsung dan Pemerintah akan selalu mendukung upaya untuk dapat bisa mengoptimalkan produksi minyak dan gas di Indonesia,” ujar Arifin. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan potensi di Blok Cepu di masa depan cukup besar sehingga bisa dilakukan penambahan kapasitas produksi setelah dilakukan onstream satu tahun lalu, dari 10.000 BOEPD menjadi 11.000 BOEPD. Menurutnya, di Blok Cepu diperkirakan akan ada temuan potensi 40 juta barel minyak, sehingga direncanakan melakukan drilling test. Dari aspek gas, juga ada peluang untuk monetisasi gas sebesar 100 MMSCFD. 

"Ini adalah hal-hal yang potensial di Blok Cepu ini yang diharapkan bisa diutilisasi secara optimal oleh Konsorsium Exxon dan Pertamina di masa mendatang," ujar Dwi. 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pengapalan ke-700 ini membuktikan bahwa secara teknis kemampuan yang luar biasa, karena hasilnya melebihi dua kali dari yang direncanakan.

"Dengan sinergi, kita bisa mengoptimalkan produksi. Jadi pengapalan minyak mentah ke-700 akan diangkut oleh kapal yang dioperasikan oleh Pertamina International Shipping yang kemudian akan di proses di kilang-kilang Pertamina," ujar Nicke. 

Mengingat tingginya risiko pekerjaan lifting, Nicke berpesan agar insan Pertamina tetap semangat, selalu fokus dan mengutamakan aspek Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Lingkungan (HSSE) dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, sehingga operasional Lifting dapat dilaksanakan secara aman dan lancar. 

"Harapan ke depan, semoga kerja sama yang baik dan solid yang selama ini telah dilakukan tetap dapat dijaga dan bahkan ditingkatkan, mengingat tingkat produksi yang diperkirakan akan stabil di level 200 MBOPD, sehingga bisa mendukung ketahanan energi nasional," imbuh Nicke. 

President ExxonMobil Indonesia Irtiza Sayyed mengatakan, dengan dukungan Kementerian ESDM, SKK Migas, Pemerintah Daerah, Engineer, PT Pertamina, BKS PI dan Exxonmobil bisa melakukan pengapalan ke-700 minyak mentah dari Blok Cepu. 

"Ada berbagai tantangan operasional yang kita hadapi dan juga ada pembatasan terkait protokol kesehatan Covid-19, namun bisa menghasilkan secara maksimal tanpa adanya kecelakaan kerja," ujar Irtiza.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: