Jumlah Gig Worker Naik Pesat selama Pandemi, Gigacover Bidik Pasar dengan Layanan Baru
Penyedia layanan fintech yang berfokus pada pekerja independen (gig economy), Gigacover, mengumumkan layanan finansial baru untuk pelanggan di Asia Tenggara, termasuk layanan Earning Advances dan Pinjaman Produktif, melengkapi layanan perlindungan kesehatan yang sudah ada sebelumnya.
Hingga saat ini, perusahaan telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan seperti Gojek, Foodpanda dan Gogox di Singapura dan baru saja menambah Lalamove serta AXA Financial Agent di Indonesia, sambil terus menjangkau lebih banyak pemain lokal lainnya.
Baca Juga: Dahsyat, Penyaluran Pembiayaan Fintech Naik 69% di Mei 2021
Berdasarkan data World Bank 2019, tenaga kerja independen Asia Tenggara telah mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 30%, jumlah yang semakin meningkat pada tahun 2020 selama pandemi.
Google dan Temasek juga mengestimasikan bahwa ada sekitar 150 juta individu pekerja independen di kawasan tersebut dengan 50% di antaranya mengalami kesulitan akses ke berbagai layanan finansial dan tidak memiliki perlindungan kerja yang memadai.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan ada sebanyak 33,34 juta orang di Indonesia yang bekerja sebagai pekerja paruh waktu atau pekerja lepas per Agustus 2020. Angka itu naik 4,32 juta orang atau 26 persen pada tahun itu.
Para pekerja independen di Indonesia menempati posisi terendah dari piramida perlindungan kerja, posisi mereka bahkan kalah dari pekerja kerah biru yang keamanan tenaga kerjanya dilindungi oleh UU No.13, tahun 2003.
Mereka hampir tidak memiliki jaminan terkait tenaga kerja, baik jaminan pekerjaan, pendapatan atau perlindungan sosial. Jaminan sosial mereka tidak diwajibkan untuk masuk sebagai bagian dari hak yang harus diberikan pemberi kerja, yang berarti mereka harus membayar produk untuk melindungi diri mereka sendiri.
Dari data Gigacover, ditemukan bahwa lebih dari 50% pekerja independen di Indonesia memilih uang tunai dan perlindungan kesehatan sebagai tunjangan pilihannya.
"Kami sangat optimis dengan pertumbuhan anggota Gigacover di Indonesia sepanjang tahun. Walaupun mendapat predikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, kesejahteraan pekerja independen masih belum mendapatkan perhatian yang besar di sini," kata Country Head Gigacover Indonesia, Cobysot Avego Putro, Kamis (22/7/2021).
Di Jakarta sendiri, Gigacover mengalami peningkatan dalam jumlah Earnings Advance dan transaksi asuransi mikro sebesar tiga kali lipat pada Q2 tahun 2021, sehingga meningkatkan penggunaan produk Gigacover secara keseluruhan di Indonesia hingga 60% di kalangan komunitas pekerja independen.
Co-Founder & CEO Gigacover, Amerson Lin mengatakan, kehadiran pekerja lepas dan independen di Asia Tenggara menjadi tantangan dan peluang bagi fintech seiring peningkatan pengawasan dari regulator dan pekerja yang menuntut transparansi dan keadilan.
“Kami melihat peluang pertumbuhan yang sangat besar karena semakin banyak generasi milenial memilih untuk berwirausaha, dan perusahaan menerapkan perekrutan tenaga kerja hybrid dengan mengambil lebih banyak staf kontrak dan pekerja tidak tetap,” ujar Amerson.
“Selama 5 tahun ke depan, kami menargetkan untuk dapat melayani 7 juta pekerja independen Indonesia dan mewujudkan visi kami untuk melayani lebih dari 20 juta pengguna di seluruh wilayah Asia Tenggara,” tambahnya.
Dengan pasar utama meliputi Indonesia dan Singapura, perusahaan bekerja dengan lebih dari 50% platform dan marketplace yang terkait dengan pekerja independen.
Perusahaan juga telah memulai pembangunan di Filipina dan berencana untuk memasuki pasar Vietnam sebagai bagian dari strategi ekspansi di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, Perusahaan mengaku tumbuh sepuluh kali lipat sepanjang tahun 2020.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: