Wakil MPR Ngaji Bareng Gus Baha, Pesannya Bikin Sejuk: Jangan Jadi Bangsa yang Saling Menyalahkan
Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani bersilaturahmi ke kediaman Kiai Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, di kediamannya, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Rembang, Jawa Tengah, Selasa (11/8) kemarin.
Kedatangannya kali ini untuk ngaji kepada Kiai yang begitu dalam penguasaan kitab-kitab klasiknya yang ditulis dari ulama-ulama nusantara. Baca Juga: PDIP dan Gerindra Terancam, Demokrat Berpeluang Menang di 2024
Gus Baha lebih dulu menyampaikan pesannya bahwa politik merupakan seni mengelola kepercayaan publik. Dan sekarang produk-produk politik lebih baik dibandingkan dengan zaman dulu (kerajaan).
Dimana dulu raja-raja saling berperang untuk mendapatkan kekuasan, hingga pertumpahan darah tak terelakan.
Dewasa ini politik telah berjalan ke arah yang lebih baik. Misalnya, lepasnya Timor Timor dari Indonesia tidak melalui sebuah peperangan besar, tapi melalui jalan jajak pendapat. Demikian juga dengan pemilihan bupati, walikota dan gubernur melalui sistem pilkada. Metodr ini dianggap lebih baik dibanding dengan zaman dahulu. Meski begitu Gus Baha menyadari, proses politik yang ada sekarang masih belum ideal. Baca Juga: Muzani Perintahkan Gerindra Jawa Barat Bantu Gubernur, Bupati, dan Walikota Tangani Covid-19
"Kalau kita melihat politik sebagai cara atau seni mengelola kekuasaan dengan cara yang lebih enak, lebih beradab. Jadi cara (politik sekarang) itu sudah membaik, dari yang sebelumnya," kata Gus Baha.
"Kan nggak kebayang dulu (misalnya) Timur Leste keluar dari Indonesia (mekanismenya) lewat duel (atau perang). Tapi kan (pada akhirnya) lewat politik, lewat jajak pendapat. Begitu juga pemilihan gubernur dan bupati," imbuh Gus Baha.
Sehingga, berpolitik yang dijalankan dewasa ini bisa dijalani dengan rasa enjoy. Sebab, politik merupakan suatu hal yang substansial, karena berhubungan dengan kemaslahatan umat. Apabila politik tidak dijalankan dengan amanah, maka yang timbul adalah rasa saling menyalahkan dan curiga. Hal itu berimplikasi pada keterpurukan suatu bangsa. Ini penting agar kita tidak menjadi bangsa yang hanya bisa saling menyalahkan.
"Jadi politik itu kembali ke kemaslahatan publik. Istilahnya kamu punya kamar seribu, yang dipakai tidur cuma satu kamar. Kalau punya beras satu ton, yang kamu makan hanya satu liter. Artinya apa, artinya kebutuhannya adalah sama-sama satu piring. Karena kalau proses politik itu tidak dianggap lebih baik atau membaik (sekarang ini), semua orang akan merasa salah terus dan akan saling menyalahkan. Jadi bangsa yang nggak punya ide untuk bikin rumus-rumus (kebijakan yang lebih) baik," papar Gus Baha.
Dalam keterangannya, Rabu (11/8/2021). Ahmad Muzani yang juga Sekjen Gerindra ini mengatakan, meski tidak mudah Partai Gerindra berkomitmen untuk menjalankan politik yang ideal sesuai pesan Gus Baha. Ia pun mengapresiasi pemikiran Gus Baha sebagai seorang ulama yang memiliki pandangan positif terhadap proses politik yang ada di Indonesia.
"Pesan Gus sangat baik, itu memberikan pencerahan kepada kita semua. Sehingga dalam berpolitik, orang-orang yang terlibat di dalamnya menekankan pada prinsip bahwa politik adalah seni untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Sehingga prosesnya semua menjadi enjoy. Kami juga ingin menjalani amanat politik dengan enjoy, serius juga amanah, supaya sampai pada tujuan yaitu kemaslahatan rakyat," ujar Muzani.
"Alhamdulillah, politik sekarang tidak seperti dulu. Politik saat ini pertarungannya lewat seni mencari daya tarik masyarakat, seni mengelola simpati publik. Saya anggap bahwa ini kondisi yang lebih baik daripada perang darah-darah di kerajaan dulu. Artinya (politik) ini tidak pernah mencapai suatu proses yang ideal, selalu mengalami pergeseran-pergeseran ke arah membaik," respons Gus Baha.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil