Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Data CAMS: Bukan Indonesia, Ini Negara Kontributor Utama Emisi Karbon Dunia

Data CAMS: Bukan Indonesia, Ini Negara Kontributor Utama Emisi Karbon Dunia Kredit Foto: Antara/Rony Muharrman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS), pusat layanan data cuaca dan atmofer yang didanai Uni Eropa, merilis rekor tingkat emisi karbon global sepanjang Juli dan Agustus 2021.

CAMS menyebut Mediterania, Siberia, dan Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada) sebagai wilayah penyumbang terbesar kebakaran hutan yang meluas di dunia. Kabar baiknya, Indonesia dikatakan bukanlah salah satu kontributor utama dari rekor emisi karbon yang tinggi ini.

Baca Juga: Akademisi IPB: Sawit Diharapkan Bisa Menjadi Bagian Aset Nasional

Seperti dilansir dari laman foresthint.com oleh sawitindonesia.com, CAMS mengumumkan bahwa pada bulan Juli terjadi emisi hampir 1,26 miliar ton CO2. Jumlah emisi ke atmosfer ini belum pernah terjadi sebelumnya akibat kebakaran hutan yang sebagian besar terjadi di Amerika Utara dan Siberia.

Rekor ini meningkat pada Agustus ketika diperkirakan lebih dari 1,38 miliar ton CO2 dilepaskan dari kebakaran hutan, menciptakan polusi asap dalam jumlah besar.

Sementara itu, data emisi karbon akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang dirilis oleh KLHK, kontribusi Indonesia terhadap emisi kebakaran hutan global pada bulan Juli dan Agustus masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,36 persen.

Tidak hanya pada tahun ini, di tahun 2020 lalu, Indonesia juga bukan merupakan salah satu negara kontributor utama emisi CO2 di dunia, seperti yang ditekankan Presiden Joko Widodo baru-baru ini dalam pidato virtualnya di Majelis Umum PBB ke-76 (23 September 2021).

Sejak lima tahun terakhir, upaya pengendalian karhutla di Indonesia telah menunjukkan capaian positif. Koordinasi dan kerja sama lintas instansi pusat dan daerah, serta instansi penegak hukum telah menurunkan kejadian karhutla secara drastis. Data KLHK terbaru mencatat bahwa luas areal terbakar akibat karhutla telah menurun tajam pada 2020, yaitu mencapai 82 persen sejak karhutla terbesar di tahun 2015.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: