Pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga menanggapi aksi Ketua DPR Puan Maharani menanam padi saat kunjungan kerja ke Yogyakarta, Kamis (11/11).
Jamiluddin menyebutkan meski sudah dikemas dengan pakaian dan aksesori layaknya petani, tetapi Puan belum mampu memerankan sosok petani yang sesungguhnya.
"Gestur Puan saat menanam padi memang terlihat tidak natural," kata Jamiluddin pada akhir pekan lalu. Menurut dosen Universitas Esa Unggul itu, Puan terlihat kaku lantaran dibesarkan dilingkungan elite, bukan petani.
"Gestur dan tatapannya memandang kamera makin menjauhkan Puan dari kesan seorang petani. Kesan ingin di foto untuk pencitraan justeru lebih dominan daripada ketulusan untuk membantu petani menanam padi," lanjutnya.
Dia menegaskan hal itu akan semakin menjauhkan Puan dari simpati masyarakat. "Aksi demikian tidak akan mendongkrak elektabilitasnya. Justru peluang antipati akan lebih besar daripada simpati," ujarnya.
Jamiluddin juga menjelaskan aksi serupa sudah dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sejak waktu lama. Menurut Jamiluddin, Ganjar ingin dirinya dicitrakan sebagai sosok yang merakyat.
"Namun, bila jeli melihat foto-foto Ganjar di media dan media sosial, gesturnya mengesankan juga tidak natural," tuturnya. Namun, lantaran acap dilakukan oleh Ganjar, Jamiluddin menyatakan sebagian masyarakat akhirnya tidak lagi kritis melihat foto Ganjar.
"Jadi, meskipun aksi Puan dan Ganjar sama-sama tidak natural, tetapi dampaknya ke masyarakat berbeda," tukasnya.
Jamiluddin menyebutkan aksi Puan cenderung mendapat respon negatif, sementara aksi Ganjar direspon positif oleh masyarakat. "Hal itulah yang akhirnya membedakan elektabilitas Puan dan Ganjar," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Boyke P. Siregar