Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi 2030 Diprediksi Akan Sepenuhnya Digital, OVO: Butuh SDM yang Andal

Ekonomi 2030 Diprediksi Akan Sepenuhnya Digital, OVO: Butuh SDM yang Andal Kredit Foto: Instagram
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menurut laporan e-Conomy SEA 2021 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, investasi ekonomi internet Asia Tenggara mencatat angka tertinggi di 2021 meskipun di tengah pandemi, dengan mayoritas investasi di industri e-commerce dan layanan keuangan digital.

Di tahun 2030, sebanyak 70-80 persen nilai transaksi Asia Tenggara diperkirakan akan sepenuhnya digital, dibandingkan dengan sekitar 40 persen sekarang ini. Hal itu terbukti 9 dari 10 pengguna layanan digital baru Asia Tenggara di 2020 tetap memanfaatkan layanan digital di 2021.

Baca Juga: Dukung Literasi Digital dan Inklusi Keuangan, OVO Siap Perluas Jaringan

Sebagai tambahan, Gross Merchandise Value (GMV) Asia Tenggara pun akan melampaui prediksi sebelumnya dan diperkirakan akan mencapai USD360 Miliar pada tahun 2025, dengan Indonesia sendiri yang berpotensi mencapai dua kali lipat GMV Asia Tenggara saat ini di 2030.

“Pertumbuhan pesat ekonomi digital tentunya perlu disertai dengan sumber daya manusia yang andal. OVO sebagai salah satu platform pembayaran digital, rewards dan layanan keuangan terdepan dan yang paling banyak digunakan di Indonesia, menyadari bahwa industri fintech akan dapat berkembang lebih optimal jika ditopang oleh bakat-bakat dari berbagai latar belakang industri, bukan hanya teknologi,” tutur Debora Bangun, HR Director OVO.

“Latar belakang yang beragam ini membawa perspektif unik yang memampukan OVO melakukan berbagai inovasi layanan keuangan yang aman dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Di antara karyawan OVO, ada yang berlatar arsitektur, lembaga swadaya masyarakat, fesyen, film, data science, desain grafis, dan masih banyak lagi. Kontribusi dan sudut pandang mereka sangat kami hargai, baik yang merupakan mahasiswa magang maupun manajemen senior,” lanjut Debora.

Melansir dari siaran resminya, dikatakan bahwa filosofi ini sejalan dengan pendekatan ekosistem terbuka yang dianut OVO, di mana OVO terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak demi mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, terutama di tengah pandemi.

Di tahun sebelumnya, OVO sendiri telah banyak menjalin kolaborasi dengan berbagai mitra seperti BCA, BRI, Bank Mandiri, Google Play, JD.ID, Bukalapak, BliBli, Pos Indonesia, HappyFresh, McD dan masih banyak lagi.

Menurut laporan dari CORE Indonesia, sebanyak 82 persen UMKM menyatakan terbantu oleh ekosistem OVO di tengah pandemi, dengan rata-rata kontribusi ekosistem mencapai 18 persen dari penjualan mereka.

Sebanyak 71 persen mengalami peningkatan literasi keuangan digital, dan mulai menjalankan pencatatan keuangan secara lebih rutin, sementara 8 dari 10 responden yang sebelumnya tidak memiliki askes bank kini mengenal produk-produk perbankan.

“Pencapaian OVO menjadi pendorong semangat kami untuk terus berkembang. Perjuangan OVO mendukung pemerintah dalam menuju Indonesia inklusif keuangan masih cukup panjang, dan kami sangat terbuka untuk menerima talenta-talenta baru yang ingin turut bersama mendorong dan membuka akses layanan keuangan yang komprehensif bagi seluruh masyarakat Indonesia,” undang Debora.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: