Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Langit Ukraina Seakan Sulit Ditembus Militer Rusia yang Perkasa, Terkuak Pengamatan Analis...

Langit Ukraina Seakan Sulit Ditembus Militer Rusia yang Perkasa, Terkuak Pengamatan Analis... Kredit Foto: Instagram/Ukraine Defence
Warta Ekonomi, Washington -

Sebelum invasi terjadi, intelijen AS memperkirakan Rusia bakal memaksimalkan kekuatan udaranya yang besar untuk mendominasi langit Ukraina, yang berujung pada takluknya negara tersebut dalam waktu singkat.

Namun, enam hari pertama pertempuran telah membuyarkan analisis tersebut. Moskow kini justru bertindak sangat hati-hati dengan kekuatan udaranya, bahkan pejabat AS sampai terheran-heran melihat strategi cari aman tersebut.

Baca Juga: Sekutu Arab Kian Kecewa dengan Amerika, Alhamdulillah Untung Rusia Terbukti Setia

“Mereka belum tentu mau mengambil risiko tinggi dengan pesawat mereka sendiri dan pilot mereka sendiri,” kata seorang pejabat senior pertahanan AS, yang menolak disebut namanya kepada Reuters.

Kalah segala-galanya dari armada Rusia, angkatan udara Ukraina sampai sekarang masih terbang dan pertahanan udara negara itu masih dianggap layak. Sebuah fakta yang membingungkan para ahli militer.

Setelah serangan pembuka perang pada 24 Februari, para analis memperkirakan militer Rusia akan menjadikan kehancuran kekuatan udara Ukraina sebagai prioritas utama. 

"Itu adalah langkah yang logis dan diperkirakan secara luas, seperti yang terlihat di hampir setiap konflik militer sejak 1938," tulis think-tank RUSI di London, dalam sebuah artikel berjudul "Kasus Misterius Angkatan Udara Rusia yang Hilang."

Sebaliknya, jet tempur Ukraina masih melakukan serangan udara dan serangan darat tingkat rendah. Pesawat Rusia sendiri masih terbang melalui wilayah udara yang diperebutkan.

Pasukan Ukraina dengan roket permukaan-ke-udara mampu mengancam pesawat Rusia dan menciptakan risiko bagi pilotnya yang mencoba mendukung pasukan darat.

“Ada banyak hal yang mereka lakukan yang membingungkan,” kata Rob Lee, seorang spesialis militer Rusia dari Foreign Policy Research Institute.

Dia pikir awal perang akan menjadi ajang pengerahan kekuatan maksimum.

"Karena setiap hari biaya dan risikonya terus naik. Dan mereka tidak melakukannya dan itu sangat sulit untuk dijelaskan menggunakan argumen realitis."

Kebingungan tentang bagaimana Rusia menggunakan angkatan udaranya muncul ketika pemerintahan Presiden Joe Biden menolak seruan Kyiv untuk zona larangan terbang yang dapat menarik Amerika Serikat secara langsung ke dalam konflik dengan Rusia.

Pakar militer telah melihat bukti kurangnya koordinasi angkatan udara Rusia dengan formasi pasukan darat, dengan beberapa kolom pasukan Rusia dikirim ke depan di luar jangkauan pertahanan udara mereka sendiri. 

Itu membuat tentara Rusia rentan terhadap serangan dari pasukan Ukraina, termasuk yang baru dilengkapi dengan drone Turki dan rudal anti-tank AS dan Inggris.

David Deptula, pensiunan jenderal bintang tiga Angkatan Udara AS yang pernah memimpin zona larangan terbang di Irak utara, mengatakan dia terkejut bahwa Rusia tidak bekerja lebih keras untuk membangun dominasi udara sejak awal.

"Rusia menemukan bahwa mengoordinasikan operasi multi-domain tidak mudah," kata Deptula kepada Reuters. "Dan bahwa mereka tidak sebaik yang mereka duga."

Sementara Rusia berkinerja buruk, militer Ukraina sejauh ini melebihi harapan. Pengalaman Ukraina dari delapan tahun terakhir pertempuran dengan pasukan separatis yang didukung Rusia di timur didominasi oleh perang parit gaya Perang Dunia Pertama.

Sebaliknya pasukan Rusia mendapat pengalaman tempur di Suriah, di mana mereka melakukan intervensi di pihak Presiden Bashar al-Assad, dan menunjukkan beberapa kemampuan untuk menyinkronkan manuver darat dengan serangan udara dan pesawat tak berawak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: