Intelijen Nasional Australia Sorot Siasat Ngeri Xi Jinping, Indonesia dan Sekitarnya Bisa...
Direktur jenderal Kantor Intelijen Nasional Australia Andrew Shearer menduga Presiden China Xi Jinping berencana untuk mendominasi Indo-Pasifik dan menggunakan kawasan itu sebagai pijakan untuk mengambil alih posisi pemimpin dunia dari tangan Amerika Serikat.
Menurutnya, konvergensi strategis baru antara Beijing dan Moskow yang mengganggu telah berkembang dan risiko konflik kekuatan besar telah meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Baca Juga: Ngeri! Setelah Perang Rusia-Ukraina, Intelijen AS Sebut China Berpotensi Serang Taiwan
"Kami melihat seorang pemimpin Xi Jinping yang benar-benar sedang berjuang dan memperkuat negaranya demi perjuangan untuk menggeser Amerika Serikat sebagai kekuatan yang memimpin dunia," kata Shearer pada sebuah jumpa pers, dilansir dari Reuters, Rabu (9/3/2022).
Dia juga memperingatkan invasi Rusia di Ukraina dapat meluas menjadi konflik regional atau global.
"Kami harus bekerja lebih keras untuk menjaga kualitas liberal dari tatanan berbasis aturan di Eropa dan di sini, di kawasan Indo-Pasifik," jelasnya.
Shearer menambahkan ancaman geopolitik akan berpusat pada teknologi, termasuk menggunakan serangan siber, sehingga Australia harus memperkuat pertahanan sibernya tanpa menutup diri dari perdagangan dan berbagi informasi.
"Kami memerlukan ekonomi terbuka yang berkembang sehingga kita dapat mendanai peningkatan belanja pertahanan yang menjadi komitmen pemerintah, tapi ini bukan menang-kalah antara ekonomi dan keamanan," tegas dia.
Shearer menilai, sejak invasi Rusia di Ukraina kemungkinan terjadinya konflik di antara kekuatan-kekuatan besar semakin tinggi.
Dia mengaku terkejut dengan ketahanan Ukraina menghadapi pasukan Rusia.
Namun, dia memprediksi akan adanya pekan-pekan brutal dan penuh darah karena pemimpin Rusia Vladimir Putin memiliki semua yang kini dipertaruhkan.
Seperti diketahui, Kremlin, yang menyebut aksi militernya sebagai operasi khusus, dan itu bermaksud untuk melucuti Ukraina dan menggulingkan pemimpin "neo-Nazi" di negara tersebut.
Sementara, Ukraina dan Barat menganggap hal tersebut sebagai dalih untuk melancarkan perang yang dipilih, bukan perang untuk membela diri yang telah memicu kekhawatiran pada konflik yang lebih luas di Eropa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: