Perang Ukraina Sadis, Pasukan Elite Spetsnaz Rusia Jadi Korban
Medan perang Ukraina menjadi akhir perjalanan seorang anggota pasukan elite Spetsnaz Rusia yang menggunakan nama asli Stalin sebagai alias.
Dia termasuk di antara tiga tentara pasukan khusus yang tewas sekaligus dalam pertempuran di Mariupol.
Baca Juga: China dan Pakistan Berbagi Keprihatinan atas Sanksi Barat ke Rusia
Spetsnaz GRU dipandang sebagai personel pasukan khusus top Rusia dan dikerahkan ke Ukraina untuk menginfiltrasi dan membuka jalan bagi pasukan reguler.
Laporan Miror, Rabu (22/3) yang mengutip sumber-sumber lokal, ketiga personel Spetsnaz itu dihabisi oleh resimen Azov dari Garda Nasional Ukraina.
Ketiganya bernama Kapten Konstantin Druzhkov, 33, Islam Abduragimov, 19, dan Shamil Aselderov.
Dokumen mereka ditemukan di kendaraan lapis baja Tigr yang ditangkap pasukan Ukraina.
Druzhkov diketahui menikah dengan seseorang dari wilayah Donbas Ukraina dan bertugas di markas intelijen militer distrik militer selatan Rusia.
Dia telah terlibat dalam pertempuran di Donbas pada tahun 2014 dan menggunakan nama samaran Konstantin Dzhugashvili di akun media sosial untuk menyembunyikan identitas aslinya.
Dzhugashvili adalah nama keluarga asli dari pemimpin masa perang brutal Uni Soviet, Josef Stalin, yang meninggal pada tahun 1953 dalam usia 74 karena stroke.
GRU terkenal di Rusia dan salah satu regu mereka berada di balik peracunan dengan Novichok dari mantan mata-mata Sergei Skripal di Salisbury pada 2018.
Skripal dihabisi lantaran ketahuan membelot ke Inggris.
Sementara itu, Kota Mariupol selama berminggu-minggu telah diratakan dengan tanah oleh rudal yang ditembakkan oleh pasukan Vladimir Putin.
Ribuan orang dikhawatirkan tewas akibat serangan dahsyat itu.
Bangunan sipil termasuk teater tempat keluarga bersembunyi telah menjadi sasaran dalam beberapa hari terakhir.
Hal itu membuat sementara Presiden Ukrina Volodymyr Zelenskiy, mengatakan pengepungan itu adalah teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang.
Puluhan ribu tetap terperangkap di dalam Mariupol, sebuah pelabuhan di Laut Azov, saat pasukan dan sukarelawan Ukraina dengan berani mempertahankan tanah air mereka melawan penjajah yang maju.
Selama akhir pekan Ukraina menolak seruan untuk menyerahkan kota Mariupol yang terkepung setelah Moskow memberi waktu kepada Kyiv sampai dini hari tanggal 21 Maret untuk meletakkan senjata mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto