Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Lebih Pilih Ganjar Dibanding Puan, Kader Demokrat: Wah ‘Durhaka’ Sama Emak

Jokowi Lebih Pilih Ganjar Dibanding Puan, Kader Demokrat: Wah ‘Durhaka’ Sama Emak Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sikapo Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai lebih mendukung Ganjar Pranowo dibanding Puan Maharani ikut dikomentari politisi Partai Demokrat.

Deputi Balitbang DPP Demokrat, Yan Harahap menyindir Jokowi yang sepertinya lupa jasa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Diketahui, pada Pilpres 2014 lalu, Megawati memilih memberikan tiket Capres ke Jokowi yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla.

Baca Juga: Muncul Kutub Megawati dan Kutub Jokowi, Perolehan Suara PDIP Bisa Kena Imbas

Megawati juga disebut punya andil besar yang mengantar Jokowi dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga presiden dua periode.

“Wah… ‘durhaka’ sama emak,” sindir Yan Harahap dikutip Fajar.co.id di akun Twitternya, Senin (23/5/2022).

Sementara itu, Pengamat politik Saiful Anam menyebut sudah terdapat dua kubu dalam tubuh PDIP yaitu kubu Istana atau kubu Jokowi dan kubu Megawati Soekarnoputri.

Benih-benih perpecahan di tubuh PDIP semakin terlihat setelah Presiden Jokowi menyiratkan akan memberikan dukungan untuk Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Jokowi seakan menjawab pertanyaan publik bahwa dirinya tidak akan memilih Puan Maharani yang didukung oleh PDIP dan Megawati Soekarnoputri.

Saiful Anam mengatakan, dengan adanya pernyataan Jokowi di acara Rakernas Projo, dapat disimpulkan saat ini secara politik bukan hanya benih-benih perpecahan, tapi merupakan awal dari perang terbuka dengan Megawati.

Saiful melihat, sebagai orang didukung oleh Projo, Jokowi bisa saja memerintahkan Projo untuk tidak mengundang tokoh selain Ganjar Pranowo untuk hadir dalam acara tersebut.

“Dengan konsekuensi kalau ada tokoh yang sudah mulai disebut-sebut merupakan salah satu kandidat pada kesempatan 2024 yang akan datang, bisa jadi Jokowi enggan atau tidak menghadiri acara tersebut,” ujar Saiful, Minggu (22/5).

Acara tersebut kata Saiful, juga bisa digunakan oleh Ganjar untuk mempublikasikan bahwa dirinya mendapat dukungan politik dari Projo dan Jokowi.

Atas dinamika yang muncul belakangan ini, publik bisa menyimpulkan telah terjadi pembelahan di PDIP.

“Sudah terdapat dua kubu dalam tubuh PDIP, yaitu kubu istana (Jokowi) dan kubu Megawati (PDIP). Keduanya bisa jadi terus berjarak semakin mendekati Pemilu,” jelas Saiful yang juga Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI) ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: