Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani: Tiga Tantangan Berat Pengaruhi Lingkungan Ekonomi Dunia, Berikut Ulasannya!

Sri Mulyani: Tiga Tantangan Berat Pengaruhi Lingkungan Ekonomi Dunia, Berikut Ulasannya! Kredit Foto: Kemenkeu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi tiga tantangan yang sama beratnya. Tiga hal ini sangat memengaruhi lingkungan ekonomi seluruh dunia, termasuk Indonesia.

"Yaitu, inflasi global yang tinggi, suku bunga tinggi, dan potensi pelemahan ekonomi. Ini yang harus kita waspadai," ungkap Menkeu saat menyampaikan hasil pemantauan pelaksanaan APBN dalam APBN Kita Edisi April 2022 di Aula Djuanda Kementerian Keuangan, Senin (23/5/2022).

Baca Juga: Terkait Program Subsidi Energi, Demokrat Minta Kemenkeu Tinjau Ulang Kebijakan Minyak Goreng

Dalam paparannya, ia turut menyampaikan pemulihan ekonomi dunia dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah, terutama akibat krisis global yang meningkat berasal dari geopolitik, yaitu perang di Ukraina yang telah menimbulkan spillover dalam bentuk kenaikan barang-barang terutama energi dan pangan dan terjadinya supply disruption.

"Jadi, kita lihat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara mengalami tekanan, nanti akan terlihat terutama di kuartal kedua. Kita lihat di berbagai negara sekarang ini kuartal satunya sudah mengalami penurunan yang cukup konsisten across region," ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyebutkan beberapa negara yang mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi: Meksiko sebesar 1,6% (year on year/yoy); Taiwan 3,1% yoy; Korea 3,1% yoy; Singapura 3,4% yoy; Amerika Serikat 3,6% yoy; dan RRT 4,8% yoy.

Selain itu, eskalasi tensi geopolitik menjadi penyebab lonjakan harga komoditas pangan dan energi. Natural gas atau gas alam terjadi lonjakan 125,8% (year to date/ytd). Coal atau batu bara melonjak 166% ytd. Brent mengalami kenaikan 45,7% ytd. CPO naik 20,9% ytd. Wheat atau gandum naik 55,6% ytd. Jagung naik 31,6% ytd, sedangkan kedelai dan gandum-ganduman naiknya masing-masing 28,1% dan 15,5% ytd.

"Jadi, ini seluruh komoditas yang sangat menentukan daya beli, yaitu energi dan pangan. Seluruh dunia tidak terkecuali mengalami imbas dengan kenaikan yang sangat tajam," jelas Sri Mulyani.

Sebagai akibatnya, Sri Mulyani menjelaskan inflasi di berbagai negara naik karena banyak negara tidak melakukan shock absorber. Artinya, kenaikan ini langsung dirasakan oleh rakyatnya sehingga masyarakat di negara-negara tersebut menghadapi inflasi yang melonjak tinggi.

Pada negara emerging seperti India mencapai inflasi 7,8%, Korea Selatan 4,8%, Afrika Selatan 5,9%, dan Meksiko 7,7%. Bahkan, tingkat inflasi di negara maju mencapai tertinggi dalam 40 tahun terakhir, seperti tingkat inflasi Brazil mencapai 12,1%; Rusia 17,8%; Amerika Serikat 8,4%; dan Inggris 9%.

Menurutnya, dengan situasi inflasi yang meningkat tersebut, negara-negara akan menjaga tingkatannya dengan kebijakan kenaikan suku bunga. Terutama, kebijakan yang akan dilakukan oleh negara maju, seperti Amerika dan Eropa.

"Jadi, kita bisa melihat bahwa negara-negara ini kemungkinan akan melakukan kenaikan suku bunga kalau inflasinya tidak terkendali kemungkinan sangat tinggi. Ini untuk Amerika Serikat sudah diumumkan. Eropa yang selama ini juga 0% sekarang dengan inflasi 7,4% sudah mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka akan melakukan adjustment kenaikan suku bunga," pungkas Sri Mulyani.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: