Indonesia Pimpin Konferensi CDNLAO Ke-28 untuk Perpustakaan yang Berkelanjutan, Inklusif, dan Inovatif
Konferensi internasional Kepala Perpustakaan Nasional di Asia dan Oseania ke-28 resmi dibuka di Jakarta pada hari ini. The 28th General Conference of Directors of National Libraries in Asia and Oceania (CDNLAO) diselenggarakan secara luring dan daring serta dihadiri perwakilan lebih dari 30 negara se-Asia dan Oseania.
Menjadi keistimewaan tersendiri bahwa konferensi ini dihadiri Presiden Federasi Internasional Asosisasi dan Lembaga Perpustakaan periode 2022-2023 (International Federation of Library Associations and Institutions/IFLA), Vicki McDonald. Dia mengantarkan visi misi IFLA mengenai pengembangan perpustakaan dan kepustakawan ke depan.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menjadi penyelenggara kegiatan tahunan antar-Kepala Perpustakaan di Asia dan Oseania yang bertujuan bertukar informasi dan mempromosikan kerja sama untuk pengembangan perpustakaan di Asia dan Oseania. CDNLAO ke-28 resmi dibuka oleh Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, dan mengusung tema Library Service Impacts on Community: Sustainability, Inclusion, and Innovation.
Hadir secara virtual dari Brisbane, Australia, Presiden IFLA mengapresiasi Konferensi CDNLAO ke-28 serta mengucapkan terima kasih atas undangan yang diberikan. Dia menyampaikan visi IFLA adalah mencapai bidang perpustakaan yang kuat dan Bersatu, dengan memberdayakan masyarakat yang literat, informatif, dan partisipatif. Dia menegaskan bahwa perpustakaan dan pustakawan memiliki peran untuk mendukung kerja pemerintah.
Dia berkisah menghadiri orasi Profesor Emeritus Peter Coaldrake di Australia. Dalam orasi tersebut, profesor menyampaikan bahwa "Pemerintah harus memikul beban tantangan terbesar masyarakat". Vicki menyatakan para perwakilan perpustakaan nasional yang ada di seluruh dunia memiliki pekerjaan yang sebagian besar sama, yakni bertanggung jawab untuk mendokumentasikan sejarah yurisdiksi setiap negara, memberikan layanan referensi dan penelitian, memfasilitasi serta mendorong penelitian baru.
"Jadi, merenungkan pernyataan Profesor Coaldrakes, saya melihat bahwa Anda juga fokus pada masalah kompleks masyarakat saat ini. Sebagai pustakawan dan pemimpin perpustakaan, saya yakin tantangan kita adalah mempertimbangkan bagaimana kita dapat bekerja dengan pemerintah untuk mendukung pekerjaan mereka dalam mengatasi dan menyelesaikan tantangan masyarakat," harap Vicki, pada Selasa (25/10/2022).
Lebih lanjut, Vicki menyebut tahun ini IFLA memasuki usia 95 tahun. Hal ini merupakan waktu yang tepat untuk merenungkan pencapaian yang diraih dan mempertimbangkan bagaimana perpustakaan agar diakui keberadaannya. Selain itu, dia mengajak untuk memikirkan kontribusi yang diberikan untuk masyarakat.
Sementara itu, Kepala Perpusnas menjelaskan situasi internasional yang kompleks saat ini menjadi tantangan bagi perpustakaan dalam mengedepankan ide yang didasarkan pada akses yang adil terhadap informasi. Dia menyampaikan, sudah seharusnya perpustakaan terlibat penuh dalam mendukung Pembangunan Berkelanjutan atau SDG's untuk mengakhiri kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan melindungi planet, melalui pencapaian 17 tujuannya.
Baca Juga: Cerdaskan Masyarakat Musi Rawas Melalui Perpustakaan
"Perpustakaan dituntut tidak sekadar memberikan layanan saja tetapi juga memperhitungkan dampak dari layanan yang diberikan," ungkapnya.
Dalam pemulihan ekonomi dalam negeri, lanjutnya, perpustakaan memiliki peran penting sebagai ruang terbuka bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup. Untuk itu, Perpusnas membangun paradigma perpustakaan yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya perpustakaan dengan proporsi terbesar adalah perpustakaan untuk transfer ilmu pengetahuan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: