Survei SMRC: Polarisasi Sosial dan Politik Identitas Muncul Sebab Partai Politik Berjarak dengan Rakyat
Lemahnya party ID atau kedekatan publik dengan partai menjadi penyebab munculnya polarisasi sosial dan politik identitas.
Demikian dikatakan ilmuwan politik, Prof. Saiful Mujani, dalam program ’Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ bertajuk ”Identitas Partai Lemah Jadi Sumber Politik Identitas?”
Saiful menjelaskan bahwa dalam diskusi tentang partai politik, salah satu unsur yang sering dibicarakan adalah bahwa partai politik bisa berperan sebagai jembatan yang memperantarai pelbagai kelompok atau identitas yang sangat beragam di masyarakat.
Baca Juga: SMRC: Elektabilitas Ganjar Pranowo Tetap Bertahan di Puncak Pasca Deklarasi Anies
Orang bisa beridentitas daerah seperti Papua dan Aceh, beridentitas agama seperti Islam atau Kristen, dan identitas lain yang sangat beragam. Partai politik, kata Saiful, bisa menjembatani perbedaan ini.
Karena identitas tidak mungkin hilang, yang bisa dilakukan adalah menjembatani, misalnya antara orang Aceh dan orang Papua, orang Kristen dan orang Islam, dan seterusnya.
“Islamnya tetap, Kristennya tetap, tapi butuh jembatan. Partai politik bisa berperan menjembatani antar identitas yang berbeda tersebut,” jelas pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tersebut.
Karena itu, lanjut Saiful, semakin kuat pembangunan sistem politik kepartaian, maka keragaman yang potensial membuat polarisasi atas dasar identitas sosial bisa ditekan atau bisa dikurangi.
Bagaimana dengan Indonesia, apakah masyarakat memiliki ikatan yang kuat dengan partai atau tidak? Apakah masyarakat itu sudah mengalami transformasi dari identitas sosial ke identitas politik atau belum? Hal ini bisa diukur dengan seberapa kuat identifikasi diri masyarakat dengan partai politik.
Dalam survei SMRC (November 2022) terdapat data tentang party ID. Party ID adalah identitas partai, seberapa besar orang mengaku dirinya sebagai bagian dari atau merasa dekat dengan partai politik tertentu.
Ketika ditanya apakah ada partai politik yang anda merasa dekat? Ada 20 persen yang menjawab “ya.” Yang menyatakan “tidak” 73 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty