Bukan Resesi, Bank Mandiri Prediksi Ekonomi Indonesia Hanya Melambat jadi 5% di 2023
Bank Mandiri meyakini kemungkinan Indonesia mengalami resesi akan sangat kecil di tahun depan. Meski begitu, Indonesia akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Adapun tantangan ekonomi Global masih sangat besar dan ketidakpastian semakin meningkat. OECD dalam laporan terakhirnya menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Global akan menurun ke 2,2% tahun 2023. Sementara IMF memperkirakan ke 2,7%. Keduanya sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Global berada di 3 persenan. Kenaikan kasus COVID-19 kembali di China juga menjadi faktor yang dapat membawa perekonomian Global menurun.
Meski demikian, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, jika kita flashback pada apa yang terjadi pada tahun 2008-2009 yang lalu saat Krisis Finansial Global, pertumbuhan Amerika Serikat mengalami kontraksi -2,6% sementara Euro Area terkontraksi -4,5% di 2009. Saat itu Indonesia masih dapat tumbuh di 4,7% dan kemudian pulih pada tahun berikutnya. Baca Juga: Rights Issue BSI, Bank Mandiri Suntik Tambahan Modal Rp2,75 Triliun
Menurutnya, tahun depan kondisinya sebenarnya relatif lebih baik dibandingkan resesi Negara maju di Krisis Finansial Global Tersebut. Kedua lembaga, IMF dan OECD memperkirakan Euro Area dan Amerika Serikat, keduanya akan tumbuh di kisaran 0,5 – 1,0% sementara China akan tumbuh lebih baik ke kisaran 4,4 – 4,6%.
"Dengan kondisi tersebut, kita tentu berharap meskipun mengalami perlambatan, Indonesia masih terus melanjutkan pemulihan walaupun terbatas pada sektor yang berbasis ekonomi domestik. Walaupun demikian kita tetap perlu memantau potensi pasar ekspor ke negara-negara yang mengalami inflasi yang tinggi dengan produk-produk kita yang lebih kompetitif," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Secara sektoral, lanjut Dia, perekonomian menunjukan kinerja yang semakin membaik pada Kuartal III, 2022. Sektor-sektor terkait mobilitas seperti, sektor transportasi dan hotel & restoran telah menunjukan peningkatan aktivitas yang signifikan. Lebih dari itu, sektor-sektor lain pun menunjukan kinerja pertumbuhan yang semakin solid dengan mayoritas sektor sudah memiliki level aktivitas ekonomi yang jauh melebihi level sebelum pandemi COVID-19 tahun 2019.
"Periode liburan Natal dan Tahun Baru 2022 diharapkan bisa menjadi momentum akselerasi pertumbuhan ekonomi untuk sektor-sektor terkait mobilitas tersebut," tukasnya.
Namun, berbeda dari pola-pola di tahun sebelumnya, tingkat belanja sejak awal Juni 2022 hingga saat ini (awal Desember 2022) masih terus dalam pola flat di sekitar level pra-Ramadan, kurang lebih telah berlangsung 6 bulan terakhir.
Lebih detil, belanja di November 2022 lebih rendah dibanding Oktober 2022, berkebalikan dengan pola di tahun-tahun sebelumnya dimana belanja terus dalam tren meningkat sejak September hingga Desember. Dengan kondisi ini, belanja di triwulan IV 2022 kemungkinan hanya tumbuh tipis dibanding triwulan IV 2021.
"Dengan kondisi pemulihan sektoral dan konsumsi yang masih flat, kami masih mempertahankan view kami bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 akan mencapai 5,17% dan kemudian melandai ke 5% di 2023," kata Andry. Baca Juga: Terobosan Bank Mandiri Makin Menggila! Fitur Baru Livin' Benaran Bikin Geleng-geleng Kepala
Dari sektor perbankan, fungsi intermediasi perbankan terus mengalami akselerasi hingga bulan Oktober, dimana pertumbuhan kredit mencapai 11,95% atau jauh lebih tinggi dibandingkan data bulan Agustus lalu.
"Office of Chief Economist memproyeksikan pertumbuhan kredit akan berada pada 10,1% di tahun 2023, relatif flat dibandingkan tahun 2022," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: