Pertama, kalau KIB bentukan Istana, maka peluang Golkar pindah ke koalisi Gerindra-PKB sangat besar. Bahkan tidak menutup kemungkinan PAN dan PPP ikut bergabung," kata Jamil.
"Tentu hal itu terjadi bila ada restu dari Istana. Namun restu itu diberikan bila Istana memang menginginkan Prabowo Subiakto yang menjadi capres," pungkasnya.
Dengan bergabungnya KIB ke Koalisi Gerindea-PKB, maka akan berpeluang Prabowo dipasangkan dengan Ganjar Pranowo atau Ridwan Kamil. Dengan begitu, pasangan capres yang diusung berpeluang menang.
"Dua, bila KIB bukan bentukan Istana maka Golkar akan menolak tawaran Cak Imin. Golkar akan merasa lebih nyaman tetap bergabung di KIB," tegasnya.
Golkar sebagai "pemimpin" di KIB, tentu akan sulit meninggal koalisinya. Golkar akan berupaya menciptakan KIB menjadi lebih kompetitif agar dapat menang pada Pilpres 2024.
"Untuk itu, Golkar justru akan berupaya menarik cak Imin (PKB) untuk bergabung ke KIB. Dengan begitu, KIB akan semakin kuat.
Namun peluang Golkar menarik PKB juga tidak mudah. Sebab, PKB tampaknya sudah nyaman bersama Gerindra," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement