Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Startup F&B DishServe Indonesia Resmi Tutup Bisnis dan Operasionalnya

Startup F&B DishServe Indonesia Resmi Tutup Bisnis dan Operasionalnya Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Startup kuliner berbasis dapur hantu (ghost kitchen), DishServe, menutup bisnis dan operasionalnya, menurut kutipan pos LinkedIn dari CEO DishServe, Rishabh Shinghi, yang dilansir dari laman DealStreetAsia pada Selasa (2/5/2023). 

Musim dingin pendanaan berdampak pada perusahaan, tulis Singhi. “Awalnya margin kami rendah dan kami fokus pada pertumbuhan, kami menghabiskan sebagian besar landasan pacu kami untuk melakukan itu. Pada saat kami meningkatkan margin, landasan itu sudah terlalu sempit,” sambungnya.

Didirikan pada tahun 2020, DishServe menghubungkan dapur yang kurang dimanfaatkan dengan berbagai merek makanan dan minuman. Hal ini meningkatkan peralatan dapur dan menyewakannya pada operator F&B yang menggunakan dapur sebagai titik distribusi terjauh untuk menjangkau pelanggan di berbagai area. 

Baca Juga: Fenomena Startup Gulung Tikar, HIPMI Jabar: Perlu Adaptasi dan Kolaborasi

Selain itu, startup ini memiliki jaringan lebih dari 200 mitra dapur di 10 kota. DishServe juga meluncurkan beberapa merek F&B dan melayani lebih dari 100.000 pelanggan. 

Singhi, mantan COO RedDoorz, ikut mendirikan DishServe bersama co-founder lainnya, yaitu CTO Fathhi Mohamed, Stefanie Irma, dan Vinav Bhanawat. 

Pada awal Februari 2023, DishServe mengumumkan bahwa perusahaan tersebut mengubah model bisnisnya untuk fokus pada otomasi operasi back-of-house untuk restoran, kafe, dan dapur khusus pengiriman makanan (delivery-only kitchen). Hal ini termasuk dengan integrasi aplikasi pengiriman makanan, otomasi harga dan promosi, rekonsiliasi keuangan, manajemen inventaris, rantai pasokan dan logistik, layanan pelanggan, makan di tempat berbasis kode QR, dan lain-lain. 

Namun, pivot model bisnis tersebut tampaknya tidak cukup menyelamatkan perusahaan. DishServe mendapatkan pendanaan putaran benih (round seed) terakhir pada tahun 2021. Startup ini didukung oleh beberapa investor, termasuk Insignia Venture Partners, Rutland Partners, dan Ratio Ventrues, dikutip dari laman Crunchbase.

“Kami memiliki narasi membosankan tentang F&B yang tidak begitu seksi bagi dunia VC sekarang,” tulis Singhi di akun LinkedIn-nya. “Kami tidak dapat meyakinkan cukup banyak orang bahwa bisnis kami dapat scale (meningkat) menjadi bisnis ARR (annual recurring revenue; pendapatan berulang tahunan) senilai US$100 juta dalam 5-6 tahun ke depan.”

Singhi menambahkan, bahwa DishServe mencoba untuk memecahkan terlalu banyak masalah. Seharusnya, fokus pada satu area saja dan mulai menghasilkan uang lebih awal.

Cloud kitchen atau dapur awan, yang memungkinkan bisnis F&B untuk membuat dan menyiapkan makanan untuk antar atau dibawa pulang, mulai mendapatkan popularitas selama pandemi 2020, ketika restoran makan-di-tempat (dine-in) dilarang karena lockdown secara nasional.

Namun, model bisnis tersebut menghadapi masa pengujian pasca pandemi. Pada Desember 2022, Grab menghentikan layanan cloud kitchen di Indonesia setelah empat tahun beroperasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: