Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Krusialitas Program Gibran Rakabuming

Oleh: Wahyu Alhadi, Wartawan

Krusialitas Program Gibran Rakabuming Wahyu Alhadi | Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gibran Rakabuming disorot media asing akhir-akhir ini, termasuk oleh Al-Jazeera. Ada satu kata yang menarik perhatian yang ditulis oleh media yang berbasis di Qatar itu, yaitu krusial.

Al-Jazeera menulis bahwa Gibran memiliki pemahaman yang sangat baik mengenai isu-isu krusial. Media itu menyebut bidang ekonomi yang dipahami Gibran dalam debat cawapres pada 22 Desember 2023 membuatnya bisa mengungguli dua lawannya.

Baca Juga: Pemuda dan Revolusi Pertanian, Mengenal Smart Farming Bersama Gibran Rakabuming Raka

Banyak orang yang berpendapat bahwa Gibran berhasil membuktikan dirinya pantas didapuk menjadi cawapres gara-gara debat itu. Akan tetapi, sejauh mana sepak terjang Gibran yang sudah menjadi kerja nyatanya? Apakah kerja nyatanya sesuai dengan apa yang ia katakan dalam debat?

Krusial, satu kata menarik yang ditulis media Qatar itu terhadap Gibran, menjadi berarti bagi pemimpin ketika sudah mengetahui dan paham mana hal penting atau esensial untuk memecahkan masalah yang perlu didahulukan. Analogi sederhananya, ketika uang di kantong tinggal sepuluh ribu, mana yang krusial, membeli santapan makan siang atau membeli sebungkus rokok bagi orang yang masuk kategori perokok kelas berat? Tentu saja lebih krusial ialah mengisi perut dari pandangan umum, pandangan masyarakat walau kenyataannya selalu ada orang yang memilih membeli sebungkus rokok pada akhirnya dan beranggapan rokok bisa jadi modalnya mendapatkan sebungkus nasi pada akhirnya.

Satu tindakan krusial yang Gibran lakukan saat menjabat sebagai Wali Kota Solo di sektor ekonomi ialah melakukan sejumlah program revitalisasi pasar. Ada pasar hasil revitalisasi yang sudah diresmikan, ada juga yang masih dalam proses pembangunan. Sebut saja revitalisasi Pasar Senggol Purwosari. Pasar tradisional yang berdiri sejak 1955 itu selesai direvitalisasi pada 21 Desember 2021. Waktu itu Gibran langsung yang meresmikannya setelah dikerjakan sejak April 2021. Pada kesempatan itu Gibran menyebut bahwa revitalisasi dilakukan agar transaksi pasar tradisional kencang dan ramai lagi daerah Purwosari.

Proyek revitalisasi di Kota Solo yang sedang berjalan saat ini ialah revitalisasi Pasar Jongke di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan. Pada program revitalisasi itu juga diberikan tambahan layanan, seperti layanan perbankan, publik, dan pendukung aktivitas pasar di pasar tradisional tersebut.

Menariknya, desain bangunannya menjadi salah satu hal daya tarik dari pasar tradisional itu nantinya. Pasar itu dibuat sedikit bergaya kolonial yang, kata Gibran, bakal menjadi destinasi wisata jalan-jalan di pasar tradisional di Solo.

Ketegasan Gibran tentang krusialitas program juga tampak saat ia memberikan arahan kepada ASN di Balai Kota Solo, Juli lalu. Gibran mengatakan dalam hal pertumbuhan ekonomi, seperti yang dikutip dari Solopos.com, bahwa, “Yang sekiranya tidak membawa dampak hilangkan saja. Event yang sifatnya rutinitas dan monoton hilangkan saja.”

Mengenai krusialitas, pemilihan program yang akan diselenggarakan dalam meningkatkan perekonomian daerah merupakan bentuk ketegasan Gibran mengisi jalannya pemerintahan dengan program dan kegiatan. Menghilangkan atau meniadakan suatu program atau pembangunan pun juga bentuk keputusan untuk hal-hal yang krusial.

Dalam bidang ekonomi digital, Gibran juga berbicara soal hal yang menurutnya krusial, yakni pencurian data. Oleh karena itu, dia punya misi memperkuat cyber security dan cyber defense. Hal itu sebelumnya sudah pernah dilakukan Gibran ketika merevitalisasi Solo Techno Park, yaitu dengan membangun sekolah cyber security.

Baca Juga: Gandeng TKN Fanta, REPNAS Kupas Program Ekonomi Politik Prabowo-Gibran untuk Indonesia Maju

Satu hal yang juga bernas yang dilakukan Gibran ialah membahas bagaimana pelaku e-commerce bisa mematuhi aturan pemerintah. Dia menyebut shadow banning (manipulasi algoritma), price dumping (membuang barang ke negara lain dengan harga tidak wajar), dan barang-barang cross border (penjualan produk impor yang merusak pasar lokal), yang bisa membunuh UMKM di Indonesia. Para pelaku usaha itu tentu perlu dilindungi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: