Kredit Foto: Antara/Rizal Hanafi
Mentan juga menyoroti potensi Indonesia sebagai penyedia utama dari bahan baku CPO global. Kebijakan tersebut diyakini olehnya tidak akan menimbulkan banyak masalah yang berarti seiring dengan pasokan CPO di Indonesia aman serta tidak terganggu.
"Kita tahu, sumber bahan baku kita untuk CPO terbesar dunia. Kita punya 58 persen bahkan 60 persen untuk CPO. Nanti kalau itu saya kira tidak ada masalah, Insya Allah aman," kata Amran.
Sektor Hulu Sawit Perlu Dapat Perhatian Khusus
Sementara itu, sejumlah kalangan menilai jika keberlanjutan program biodiesel sebagai bahan bakar nabati (BBN) sebagai pengganti BBM yang dicanangkan oleh pemerintah masih memerlukan beberapa penanganan masalah di sektor hulu sawit.
Rapolo Hutabarat selaku Head Of Sustainability Division Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menegaskan bahwa penanganan masalah di sektor hulu sawit harus dilakukan karena merupakan kunci keberlanjutan dari program biodiesel lantaran menyangkut ketersediaan bahan baku.
"Permasalahan ini memang harus segera diselesaikan, terutama dari sisi hulu. Kita tahu bahwa banyak yang harus dikerjakan di sektor hulu, terutama karena inilah yang menentukan ada tidak bahan bakunya," katanya dalam Focus Group Discussion (FGD) bertemakan 'Biodiesel untuk Negeri' yang digelar Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Sawit Setara, ditulis Warta Ekonomi, Senin (22/7/2024).
Keberlanjutan dari program blending biofuel seperti B40, sebutnya, dan kemungkinan akan meningkat lebih lanjut ke B45 atau B50 memang sangat penting. Namun, keberhasilan program itu sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku pada sektor hulu itu sendiri.
Oleh sebab itu, pihaknya berharap jika pemerintah bisa segera menyelesaikan permasalahan pada sektor hulu. Tujuannya agar Indonesia bisa mencapai cita-cita besar dalam industri sawit khususnya target produksi CPO sebesar 100 juta ton pada tahun 2045 mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Rino Afrino, menegaskan perlunya peningkatan produktivitas melalui langkah-langkah pembenahan sektor hulu.
Ada beberapa tantangan dalam peningkatan produktivitas sawit khususnya di sektor hulu misalnya legalitas lahan yang mana saat ini sekitar 3,4 juta hektare lahan sawit tervonis dalam kawasan hutan dan terancam hilang.
Baca Juga: Ombudsman dan Kementan Bersinergi, Siap Optimalkan Tata Kelola Sawit
Kemudian, kata dia, realisasi program peremajaan sawit rakyat (PSR) yang masih di bawah 10 persen dari target atau 390 ribu hektar dari 2,4 juta hektar yang ditetapkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement