Mengulik Kasih Sayang dalam Perspektif Agama Baha’i
Oleh: Shufi Alawiyah, M.Ag, Mahasiswi Magister Agama-agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam jurusan studi agama-agama terdapat salah satu mata pelajaran yang jarang dipelajari oleh kalangan akademisi. Salah satu mata pelajarannya yaitu kasih sayang dalam ajaran agama-agama. Konsep kasih sayang adalah ajaran yang universal dalam dunia, lantaran konsep kasih sayang merupakan ajaran yang penting dalam agama-agama. Sebab dalam ajaran dan praktiknya, konsep kasih sayang ini sering dilupakan oleh para penganut agama-agama lain sehingga memunculkan berbagai tindakan kekerasan, konflik, perang, perpecahan, bahkan sampai terjadi genosida yang sedang dialami di Palestina.
Karena dengan adanya ajaran kasih sayang ini, diharapkan konflik-konflik dalam keagamaan, tindakan kekerasan dalam sosial, perang antar negara, perpecahan, perselisihan bahkan terjadinya genosida dapat mereda dengan mengutamakan adanya musyawarah atau sosialisasi dalam keagamaan, melakukan sosialisasi di lingkungan masyarakat, serta melakukan perundingan dengan antar negara. Sehingga dapat mencapai kemufakatan dan menciptakan perdamaian dunia yang masyarakatnya menjadi rukun, bersahabat, saling menghormati satu sama lain, dapat menanamkan sikap toleransi dan saling menghargai perbedaan antar umat beragama.
Baca Juga: Tokoh Agama Deklarasi Komitmen untuk Peduli Persoalan Ekologi
Compassion (Kasih Sayang)
Dalam buku-buku atau literatur lainnya masih sedikit pembahasan mengenai ajaran kasih sayang, cinta atau rahmat dalam agama-agama. Sebagian besar banyak menampilkan sejarahnya berupa konflik, kekerasan, maupun politiknya. Padahal dalam agama-agama, sebetulnya terdapat pembahasan mengenai kasih sayang, cinta atau rahmat dalam ajarannya.
Kasih sayang merupakan perasaan tulus yang lahir dari jiwa, tanpa adanya motivasi atau keinginan yang menyangkut kepentingan diri sendiri. Kasih sayang dapat menumbuhkan rasa bahagia ketika melihat orang lain dapat tersenyum ceria dan bahagia. Makna kasih yang sesungguhnya itu bagaimana manusia dapat memberikan yang terbaik untuk orang lain, seperti dapat membahagiakan, tidak merebut kebahagiaan orang lain, serta membuka pintu hati untuk sebuah kasih.
Selain itu bentuk kasih sayang bisa untuk keluarga, teman atau sahabat, negara, ras, dalam hal politik, pekerjaan, dan ada juga bentuk kasih sayang dalam ajaran agama-agama. Bentuk kasih sayang dalam ajaran agama-agama di antaranya dalam ajaran agama Hindu, dalam ajaran agama Buddha, dalam ajaran agama Kristen, dalam ajaran agama Islam, dan khususnya dalam ajaran agama Baha’i.
Definisi Kasih Sayang dalam Agama-Agama
Kasih sayang dalam ajaran agama Hindu disebut sebagai kama (harapan, keinginan, kerinduan, cinta atau kasih sayang). Menurut Swami Bhaskarananda kasih sayang Tuhan menurut agama Hindu, tidak bersyarat dan tidak memihak. Cinta kasih dalam agama Hindu memerlukan refleksi yang mendalam dan implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan menghadirkan sifat ketulusan di dalam diri.
Kasih sayang dalam ajaran agama Buddha yaitu para pemeluknya percaya bahwa seseorang dapat mencapai Tanah Suci pada saat kematian berdasarkan jasa Amida Buddha (Makhluk Sempurna yang telah mendapatkan pahala tidak terbatas) dan apabila jika manusia biasa ingin menuju kebahagiaan dan kedamaian, kekuatan welas asih Buddha akan berada di sana untuk membantunya.
Kasih sayang dalam ajaran agama Kristen disebut sebagai agape, hesed dan grace. Dalam istilahnya, agape tidak hanya menunjukkan cara tindakan Ilahi di dunia dan hubungan antara Tuhan dan manusia, tetapi agape adalah sifat dasar Tuhan itu sendiri. Agape atau kasih Tuhan diberikan secara luas tanpa pandang bulu baik kepada pemberi maupun pencela, karena Tuhan tidak membedakan orang, umpanya seperti Dia menurunkan hujan untuk orang yang tidak adil dan adil.
Kasih sayang dalam ajaran agama Islam disebut sebagai rahmat. Sedangkan dalam Asmaul Husna, ada beberapa nama-nama Allah yang menunjukkan sifat-sifat kasih sayang-Nya, antara lain Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Latif, Al-Hakim, dan Al-Ghafur. Selain itu ada juga Mahabbah dan Mawaddah. Mawaddah terdapat dalam keluarga yang memiliki hubungan harmonis, cinta, dan kasih sayang. Sedangkan Mahabbah dipopulerkan dalam tasawuf yang diperkenalkan oleh Jalaludin Rumi serta Rabiah al-Adawiyah.
Munculnya Agama Baha’i
Agama Baha’i bermula pada tahun 1844 di Persia (Iran), pemimpinnya bernama Sayyid ‘Ali Muhammad Shirazi yang memiliki gelar sebagai Bab yang bermakna ‘gerbang’ menuju kedatangan seorang utusan yang dijanjikan oleh Tuhan. Sayyid ‘Ali Muhammad Shirazi dilahirkan di Iran Selatan yang bernama Shiraz, pada tanggal 20 Oktober 1819 (1 Muharram 1235 H).
Sang Bab adalah seorang pedagang kelas menengah kota dari Shiraz di Qajar Iran. Ayahnya bernama Muhammad Rida dan ibunya bernama Fatimih (1800-1881). Para pengikut Bab disebut sebagai Babis. Beberapa tahun setelah kematian Bab (Sayyid ‘Ali Muhammad Shirazi), muncullah Mirza Husayn ‘Ali Nuri yang diberi gelar dengan sebutan Baha’u’llah yang bermakna sebagai kemuliaan Tuhan atau seorang utusan Tuhan yang ditunggu kedatangannya (man yuzhiruhu Allah). Baha’u’llah dilahirkan di rumah seorang menteri yang terkenal di Istana Raja di Persia, yakni putra dari seorang menteri negara. Mirza Husein ‘Ali Nuri lahir di Tehran, Persia (sekarang wilayah Iran) pada tanggal 12 November 1817.
Mirza Husein ‘Ali Nuri menjadi penerus Sang Bab yang mengusung konsep yang hampir sama dengan pendahulunya. Mirza Husein ‘Ali Nuri membawa doktrin baru yang ajaran-ajarannya menghapuskan Al Babiyyah. Dari sini muncullah konsep ajaran Mirza Husein ‘Ali Nuri yang menyebut dirinya sebagai Baha. Sedangkan pemahamannya disebut dengan Bahaiyyah. Para pengikut Baha’u’llah disebut sebagai Baha’i.
Mengabdi Kepada Sesama Manusia
Ajaran kasih sayang dari salah satu agama ini belum banyak diketahui oleh masyarakat luas bahkan ajaran dalam agama Baha’i sampai mendapatkan stigma negatif. Padahal sebetulnya dalam ajaran kasih sayangnya banyak mengajarkan ajaran sosial kemanusiaan yang sudah banyak dilupakan oleh manusia terlebih pada zaman sekarang. Ajaran sosial kemanusiaan ini di antaranya mengabdi kepada sesama manusia, penghapusan prasangka, budi pekerti yang luhur, keadilan bagi semua manusia, perdamaian dunia, dan kesetaraan antara pria dan wanita.
Ajaran kasih sayang ini tidak hanya berdasarkan doktrin saja, melainkan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mengabdi kepada sesama manusia. Ajaran ini termasuk ajaran sosial yang paling utama dan penting dalam ajaran agama Baha’i. Karena mengabdi kepada sesama manusia ini dianggap sebagai ibadah ketika melaksanakannya.
Umat Baha’i percaya bahwa melaksanakan ajaran ini dapat memperbaiki roh menjadi lebih suci dan murni serta kelak ketika meninggal nanti, roh manusia dapat mencapai Kerajaan Tuhan. Mengabdi kepada sesama manusia ini memiliki manfaat, yaitu dapat memperoleh limpahan karunia rahmat-Nya dan cinta kasih-Nya, serta manusia tersebut dapat memancarkan sifat-sifat-Nya. Selain itu dalam ajarannya, Baha’u’llah ingin menyatukan seluruh golongan ras, suku, bangsa, bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial dan ekonomi sehingga semuanya bersatu demi mengabdi kepada sesama manusia.
Mengabdi kepada sesama manusia dengan setulus hati dapat menumbuhkan rasa cinta, kasih sayang, kerukunan, persahabatan, dan perdamaian sehingga dapat menghasilkan kesatuan umat manusia. Salah satu contoh nyata yang mempraktikkan ajaran mengabdi kepada sesama manusia yaitu Yayasan Vina Smart Era yang dimiliki oleh salah satu umat Baha’i yang bernama Ibu Vina.
Dalam Yayasan ini diterapkan ajaran-ajaran kasih sayang kepada anak-anaknya, di antaranya budi pekerti yang luhur, keadilan bagi semua orang, tidak boleh berprasangka buruk, musyawarah sebagai landasan keputusan, saling tolong menolong, kerukunan, perdamaian, persahabatan, dan semangat mengabdi kepada sesama manusia.
Baca Juga: Upaya Tekan Stunting, Kemenkominfo Libatkan Tokoh Agama
Dengan mengangkat tema ini, diharapkan banyak kalangan akademisi dapat lebih aktif menulis karya ilmiah, artikel, dan jurnal serta banyak kalangan akademisi mempelopori kajian-kajian akademik tentang khazanah agama-agama non-mainstream di Indonesia, khususnya agama-agama minoritas di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement