Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melesat Disokong Inalum, Jatuh Bangun Pelaku UMKM di Lubuk Cuik

Melesat Disokong Inalum, Jatuh Bangun Pelaku UMKM di Lubuk Cuik Kredit Foto: Khairunnisak Lubis

Setelah panen, cabai pun langsung dijual, dan sebagian diolah menjadi produk turunan cabai seperti cabai kering, bubuk cabai, saos cabai botolan hingga sambal basah, seperti sambal teri, sambal bawang yang juga dijual botolan.

"Kalo untuk produksi cabai basah kalo jual paling, sekali produksi paling 50 botol. 15 gitu aja, tergantung permintaan," jelasnya.

Baca Juga: LPDB-KUMKM Laporkan Program Inkubator 2024 Sukses Gelontorkan Dana Rp98,91 M bagi Koperasi

Ia mengatakan saat memulai produk turunan cabai dirinya belum memiliki pengetahuan terkait bidang itu. Kemudian Inalum hadir memberikan pelatihan cara membuat saus, bubuk cabai, minyak cabai dan lainnya.

"Jadi waktu itu karena kita juga pengurus PKK, oh boleh nih buat saus. Itu saus dari awal-awal kita semua usahai sendiri. Nyari botol. Memang kalau ijin-ijinnya Pokoknya nggak ada yang bantu apa-apa. Kita semua apa-apa sendiri. Izin usahanya itu semua dari Pemkab. Cuma semua usahakan sendiri," jelasnya.

Untuk Inalum, mereka lebih membantu ke desain botol kemasan dan perlengkapan lainnya. 

"Orang itu yang lebih ini. Orang itu nanti orang itu yang desain botol kemasan semualah dari orang itu. Ini kurang ini Bu.

"Jadi orang itu masih bantu-bantu disitulah. Paling kalau ada proyek orang itu ada untuk sopenir Bu sediakan ini, berapa botol. Makan dia setahun sekali. Dulu jarang. Jarang pakai produk kami. Tapi dua tahun ini orang itu sikit-sikit Bu produk," kisahnya.

Mereka juga pernah terkendala banyak saos yang terakdang meledak karena terlalu lama disimpan.

"Nanti suka meledak. Jadi selama setahun juga sausnya tuh meledak. Oh asamnya.Seminggu udah gembung ini ya. Meledak. Kami belum masaknya belum proakannya belum ini.Jual-jual itu ya. Jadi kayak mana supaya tahan lama tanpa pengawin. Itu coba-coba aja ya. Saus mulai di tahun 2018 itu. Dari 2006-2007 baru 2019 produk sausnya," ungkapnya.

Sementara itu, Kadpe CSR PT Inalum, Daniel Jimmy P Hutauruk mengatakan budget bantuan yang mengarah ke UMKM sebesar  Rp1,25 miliar dari anggaran total tahun ini lebih kurang Rp31 miliar. Daniel menyebut dari total Rp1,25 miliar itu sudah terealiasasi 85 persen yakni Rp1,07 miliar.

"Untuk Desa Lubuk Cuik sendiri, sejak tahun 2020 hingga 2024 telah terealisasi Rp419.897.240," ujarnya.

Dimana pada 2020 CSR diberikan dalam bentuk bantuan pupuk Rp13.959.000, perbaikan gapura dan saung tani Rp28.309.000, pemberdayaan petani Rp36.618.240.

"Adapun di 2021 bantuan yang diberikan adalah peralatan produk turunan cabai Rp26.548.000 dan di 2022 ada studi banding pengembangan desa wisata Rp13.463.000 dan bantuan peralatan usaha UMKM sebesar Rp16.000.000," paparnya.

Sementara di 2023 Daniel mengatakan Inalum memberikan Rp100 juta untuk fasilitas peralatan laboratorium pasta cabai serta Rp150 juta untuk pengembangan penelitian cabai. Di tahun 2024, PT Inalum kembali menyalurkan CSR sebesar Rp35 juta untuk membangun gapura desa lumbung cabai di Lubuk Cuwik.

Selain ke Lubuk Cuik, PT Inalum tentunya juga menyalurkan CSR kepada daerah lain, misalnya di Kuala Tanjung.

Baca Juga: Privilege Creative Diluncurkan di Bali, Gabungkan Pemasaran Online dan Offline untuk Dukung Brand Lokal dan UMKM Indonesia

Untuk tahun 2024 PT Inalum telah menyalurkan sebesar Rp479.650.000 yang diperuntukkan untuk berbagai hal. Misalnya untuk binaan arang briket, jamur tiram, sari larva berdaya, Pokdarwis-wisata sawah, PLTS, bedah rumah hingga bantuan ke sekolah MIS Al-Mukhlisin.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: