Pasar Mulai Keluar Fase Negatif, Harga Minyak Dunia Merangkak Naik

Harga minyak mentah mencatat kenaikan pada penutupan perdagangan di Rabu (18/12). Penurunan stok minyak mentah memberikan sedikit harapan menyusul adanya keputusan terkait kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS).

Dilansir Kamis (19/12), West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2025 naik 0,71% atau 50 sen, ditutup di US$70,58 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara Brent untuk pengiriman Januari 2025 menguat 0,27% atau 20 sen, menjadi US$73,39 per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Jual 389.752 tCO2e Karbon Kredit: Nilainya Bisa Capai US$1,144 Juta!

Laporan Energy Information Administration (EIA) mengatakan stok minyak mentah turun signifikan pada pekan yang berakhir 13 Desember 2024. Sementara permintaan produk minyak mencapai 20,8 juta barel per hari atau naik 662.000 barel dibandingkan pekan sebelumnya.

Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn menyatakan data ini memberikan sidikit harapan baru untuk pergerakan harga minyak di 2025.

“Pasar tampaknya mulai keluar dari fase negatif. Ada optimisme baru tentang prospek permintaan," ungkapnya.

Namun, Federal Resever (The Fed) yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menahan pergerakan harga minyak lebih jauh. Sinyal bahwa hanya akan ada dua kali pemangkasan suku bunga lagi pada tahun depan juga menjadi sorotan investor.

Kebijakan ini dianggap merupakan respons kehati-hatian bank sentral terhadap perekonomian mengingat stabilitas tingkat pengangguran dan inflasi yang relatif tidak berubah.

Penurunan suku bunga dapat berujung pada meningkatkan permintaan minyak, namun keputusan bank sentral akan menjadi penahan utama kali ini karena kebijakan yang cenderung hawkish.

Baca Juga: Wall Street Anjlok, Keputusan The Fed Ubah Paksa Dinamika Pasar Saham AS

“The Fed masih menjadi penghalang utama untuk lonjakan harga minyak yang signifikan," jelas Flynn.